Rasa takut muncul seiring dengan kesenangan anak mengeksplorasi alam sekitar. Apakah rasa takut menghambat perkembangannya?Ada suatu yang baru. Anak terkadang merasa takut. Wah, bagaimana ini? Tak perlu khawatir. Merasa takut berguna untuk perkembangan emosi, agar ia tumbuh dan berkembang secara sehat. Tetapi penting juga menakar seberapa besar rasa takut itu menghinggapi si tiga tahun.
Selalu ada. Rasa takut dan kesenangan bagi anak usia 3-5 tahun saling bersisian. Di balik kesenangan anak mencoba hal baru, misalnya, memanjat atau main seluncur, terselip juga rasa ngeri akan kemungkinan jatuh. Tetapi saat rasa takut terlampaui dengan kenekatan melakukan luncuran pertama, pasti tak ada kata lain selain rasa puas.
Menurut ahli perkembangan, anak perlu memiliki rasa takut. Ini merupakan tantangan yang harus diatasi. Mengatasi ketakutan berarti anak telah mengalahkan dirinya sendiri.
Prof. du Bois, penulis dan psikolog asal Jerman berpendapat, rasa takut pada balita adalah sesuatu yang normal. Namun psikolog ini menambahkan, kecuali jika sampai membatasi anak melakukan interaksi dengan anak-anak lain. Atau, merintanginya mengeksplorasi alam sekitar. Berarti, rasa takut itu sudah menjadi sebuah masalah.
Ada beberapa ketakutan atau kecemasan yang lazim dirasakan balita. Seperti, takut kegelapan, keterpisahan dan hal-hal baru.
Tanpa proteksi berlebih. Tugas orang tua adalah memahami apa yang mengancam rasa aman anak, sekaligus mendorong anak berani menghadapi tantangan sendiri. Menurut Prof. du Bois, orang tua perlu mendampingi anak saat ia mulai melakukan hal baru, seperti memanjat atau main ayunan. Tetapi di waktu bersamaan, tugas orang tua juga memberi keyakinan pada anak bahwa ia dapat mengatasi rintangan. Tentu tak lupa mengingatkan agar anak belajar mengukur diri, ujarnya.
Sarankan pada anak untuk memperkirakan sebelumnya, apakah ia yakin dapat main ayunan, misalnya. Apabila ia ragu, Anda dapat memberi gambaran, apa yang sebenarnya terjadi sehingga ia berayun, dan doronglah ia merasakan keasyikan melawan angin saat berayun dan seterusnya.
Sebagian orang tua menyikapi rasa takut anak dengan mendampinginya saat anak merasa tidak aman. Namun, bukankah kebersamaan dengan orang tua yang cenderung overprotective hanya akan jadi bumerang?
Kebersamaan dengan orang tua yang erat memang penting untuk membangun rasa aman, tetapi jangan sampai keberadaan Anda menghalangi anak berkesempatan mengenal anak-anak lain. Dengan kata lain, belajarlah percaya kepada orang lain, jelas Prof. du Bois.