Memarahi bahkan sampai memukul kadang dianggap efektif untuk mendisiplinkan balita. Padahal, “Dua hal ini malah harus dihindari karena bisa menimbulkan masalah pada aspek psikologis dan fisiologis anak” ujar Nurfadilah. MPsi, Kooedinator Taman Pengembangan Anak Makara Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Pengaruhi otak. Beberapa penelitian mengungkap pengaruh pukulan terhadap perkembangan otak.
- Memukul anak usia 1 tahun, dapat berpengaruh pada perkembangan intelektual anak yang akan mengarah kepada perilaku agresif dalam 2 tahun ke depan. Proses tumbuh kembang otak yang pesat di usia tersebut bisa terganggu bila anak mengalami rasa takut, teruta karena dipukul.
- Pengalaman emosional anak pada usia balita, seperti merasakan kehangatan hubungan dengan keluarga, kelekatan dan komunikasi yang penuh kasih sayang, merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak, berkaitan dengan pertumbuhan sinap-sinap di otak.
- Secara psikologis akan mempengaruhi rasa percaya diri dan rasa aman anak dalam lingkungan keluarga. Anak belum bisa memahami sudut pandang orangtua, lalu mereka mengartikan sendiri maksud dari kemarahan atau pukulan yang diterimanya. Padahal orangtua bermaksud agar anak menampilkan perilaku sesuai keinginan orangtua.
Jadi, dari kemarahan dan pukulan yang diterimanya, seorang anak justru tidak belajar menampilkan perilaku yang diinginkan orang tua. Ia malah akan:
- Membangun rasa khawatir dan takut dimarahi atau dipukul. Akibatnya anak menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau takut salah.
- Mengembangkan rasa tidak aman dan tidak nyaman berada di dalam keluarga karena anak merasa tidak diterima atau dicintai.
- Mengembangkan perilaku yang sama dalam memperlakukan anaknya kelak, bahkan dalam memperlakukan orangtua ketika sudah usia lanjut.
Tepat Ajari Balita DisiplinCara Jitu Menegur BalitaBalita Marah