Rasa takut itu sesungguhnya wajar sebagai bagian dari tahap perkembangan emosi. Rasa takut adalah respon alamiah sebagai alarm terhadap bahaya yang mungkin muncul.
- Bantu memahami situasinya. Semisal, balita enggan mencoba naik ayunan karena takut jatuh, biarkan ia tahu bahwa Anda merasakan ketakutannya namun jangan memindahkan rasa khawatir Anda kepadanya dengan mengatakan, ”Jangan main ayunan, nanti jatuh lho.” Rasa cemas Anda malah membuat situasi semakin tidak kondusif. Si kecil tambah takut dan bisa-bisa ia malah benar-benar jatuh dari ayunan. Lebih baik katakan bahwa ia dapat mencoba dan Anda akan menjaganya.
- Beri contoh dan biarkan ia mencoba dahulu sedikit demi sedikit. Katakan bahwa ia tidak akan cedera karena segala sesuatunya sudah aman. Misalnya Anda masuk dulu ke dalam kolam dan biarkan ia melihat Anda tidak tenggelam, sehingga anak yakin tak ada bahaya mengacamnya di situ
- Beri komentar positif ketika ia berhasil melakukan sesuatu. Pujian tulus dari orangtua saat balita berhasil mencoba sesuatu yang sebelumnya ia takuti membuatnya bersemangat dan tambah percaya diri.
- Hormati ketakutan anak, jangan paksa dia. Balita membutuhkan sikap empati dan tidak mau dipaksa masuk ke sumber ketakutannya. Semisal ia takut kamar gelap, lebih baik katakan, “Waktu seumur kamu, Ayah juga takut kamar gelap.” Kalimat seperti ini membuatnya mengerti bahwa merasa takut dan mengatakan kepada orangtua (tentang ketakutannya) itu wajar.
- Tidak jadikan bahan ejekan dengan mengatakan, “Ih, penakut, kamu kayak bayi.” Ejekan seperti ini tidak akan menghilangkan rasa takutnya namun malah membuatnya semakin tenggelam dalam ketakutan dengan tidak mengatakan kepada siapa-siapa bahwa ia takut terhadap hal tertenu.