7 Cara Paling Oke Membangun Ikatan Kuat Ayah dan Anak
Pada usia batita, anak mulai mengembangkan preferensi terhadap segala hal, termasuk orang-orang yang ada di dekatnya. Tak jarang balita menghindar saat sang ayah menunjukkan kasih sayang, misalnya tak mau digendong, dicium atau dipeluk. Padahal ayah sudah menantikan waktu bersama anak selepas aktivitas bekerja. Tapi, jangan sedih dulu ayah. Ini bukan berarti anak membenci ayahnya. Coba tip berikut untuk membangun ikatan kuat antara ayah dengan balitanya.
Ayah Time!
Peran bunda menyusui anak sudah pasti tak bisa digantikan oleh ayah. Tapi bukan berarti ayah tak bisa jadi sosok yang ‘penting’ untuk balita. Jadwalkan aktivitas khusus yang hanya dilakukan anak bersama ayah, misalnya berenang, makan puding, main boneka jari atau mendongeng sebelum tidur. Saat bersama anak, ayah bisa menempatkan diri sebagai teman yang nyaman dan menyenangkan. Buang jauh sikap jaim dan kaku. Lakukan hal-hal ‘jail’ untuk membuat anak tertawa. Pengalaman baru di luar aktivitas atau kebiasaan bersama bunda akan menjadi momen istimewa anak dengan sang ayah.
Porsi Lebih Banyak
Jika sewaktu bayi porsi kehadiran bunda ada di hampir semua kegiatan anak, kini saatnya memberi porsi lebih untuk ayah. Saat fisik dan kemampuan motorik anak sudah lebih berkembang, ayah seharusnya tak lagi perlu khawatir untuk ikut andil merawat anak. Ketika balita rewel, berikan kepada ayah untuk menidurkannya atau biarkan ayah menyuapi anak sambil bermain. Dengan memberikan porsi lebih banyak, lama kelamaan anak akan menemukan titik nyaman baru, bahwa tak hanya bunda yang bisa ‘menjaganya’ tapi juga ada sosok ayah yang bisa diandalkan.
‘Hadirkan’ Ayah
Jika ayah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah dibandingkan bunda, wajar jika anak lebih dekat dengan ibunya. Agar anak selalu merasakan kehadiran ayah, bunda harus sering bercerita tentang sosok ayah pada anak. Misalnya, saat balita makan tunjukkan foto ayah dan katakan padanya, “Kamu suka bayam? Sama seperti ayah. Badan ayah kuat dan besar karena makan bayam.”
Jaga Komunikasi
Sesibuk apapun, sempatkan agar ayah tetap berkomunikasi dengan anak. Walau pun balita belum bisa merespon sepenuhnya, tapi ia akan terbiasa mengenali suara ayah. Terlebih jika ayah harus sering meninggalkan anak keluar kota atau bahkan menetap di kota berbeda. Dengan memanfaatkan teknologi seperti video call, anak bisa tetap mengingat wajah, suara dan gesture ayahnya.
Jadi VIP
Terkadang penolakan justru berawal dari kurangnya kualitas perhatian ayah terhadap anak. Misalnya saat balita menghampiri ayah yang sedang mencuci mobil, ayah tidak menghiraukan bahkan meminta bunda untuk membawanya menjauh. Hal ini membuat batita merasa “gagal” mencuri perhatian ayah. Padahal inilah kesempatan Ayah menciptakan momen kebersamaan dengan anak. Buat ia merasa penting dengan memberikan perhatian penuh, sekedar menggendong, bercanda atau ajak ia mencuci mobil sambil bermain air.
Tahan Emosi
Saat pulang bekerja, mungkin ayah merasa stres dengan pekerjaan hingga terlalu lelah untuk mengajak anak bermain atau bahkan merasa “jengah” saat anak rewel. Seletih apa pun ayah, coba tenangkan diri dan jangan mengeluarkan emosi di depan balita. Hindari membentak anak saat ia rewel dan sulit tidur. Hal ini justru membuatnya takut dan merusak momen kebersamaan di sela waktu yang hanya sedikit.
Lagu khas Ayah
Lagu bisa menjadi media yang menyenangkan untuk ayah dekat bersamanya. Ajak anak bernyanyi dengan lagu-lagu kesukaan ayah, seperti I Want to Ride My Bicycyle dari The Beatles, Yellow dari Coldplay, Daughter dari John Mayer, Bento dari Iwan Fals atau lagu lainnya. Cara ini juga bisa membuat ayah lebih nyaman untuk “bermain” bersama anak sesuai dengan karakter pribadi ayah. Ketika dewasa, balita juga akan bisa mengingat “ini lagu kesukaan ayahku”.