13 Fakta Pure

 

Seusai masa ASI eksklusif, saatnya dia mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sebagai ibu, kita mutlak paham perihal bahan makanan pendamping ASI yang sebaiknya diberikan pada bayi, serta cara mengolah dan menyajikannya agar manfaatnya bagi tumbuh kembang anak teraih optimal. 

1. Apa itu pure?
Pure artinya bahan makanan yang dilembutkan. Hampir semua bahan makanan dapat dibuat pure dan aman untuk bayi. Yang penting, pengolahannya harus benar agar kandungan nutrisi dan cita rasanya tetap terjaga.

2. Kapan sebaiknya diberikan dan berapa porsinya?
Sebaiknya berikan setelah masa pemberian ASI eksklusif selesai, yakni setelah bayi berusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI ini sebaiknya bertahap, disesuaikan perkembangan keterampilan makan bayi. Dimulai dengan yang teksturnya lembut dan konsistensinya cair sampai yang kasar dan padat. Jumlah makanan yang diberikan pun harus bertahap, mulai dari yang sangat sedikit (1-2 sendok makan) hingga satu porsi yang normal bagi anak.

3. Bagaimana cara mengolah bahan makanan yang tepat untuk dibuat pure?
  • Serealia. Harus dihaluskan dulu menjadi tepung sebelum diolah jadi makanan bayi. Namun, ada juga yang dimasak dulu menjadi bubur, baru dihaluskan.
  • Sayuran. Pilih sayuran yang tidak berserat banyak serta menghasilkan gas, misalnya daun bayam, buncis dan wortel. Cara terbaik untuk menyiapkan sayuran adalah dengan mengukusnya, lalu haluskan dengan blender atau food processor sampai menghasilkan tekstur yang diinginkan.     
  • Buah. Ada buah yang bisa diberikan langsung tanpa dimasak seperti pisang, dan ada pula yang harus dimasak seperti apel. Untuk golongan yang kedua, cuci, kupas dan buang semua biji, lalu masukkan ke dalam panci. Beri air secukupnya sampai buah terendam dan rebus sampai lunak –biasanya sekitar 10-15 menit. Setelah matang, haluskan seperti halnya sayuran.  
  • Daging dan ikan. Pilih daging yang sedikit mengandung lemak, daging ayam tanpa kulit, atau daging ikan tanpa duri. Semua jenis daging tersebut harus dalam keadaan benar-benar matang, berikan sedikit demi sedikit sesuai usia bayi, dan dicampur dengan bahan makanan lain. Sistem pencernaan dan ginjal bayi belum berkembang sempurna.   
4. Adakah urutan pemberian bahan makanan tersebut? Mula-mula tepung beras (serealia), lalu tambahkan bahan makanan lain. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP), tidak ada urutan khusus pemberian MP-ASI non-serealia. Jenis bahan makanan itu sebaiknya dikenalkan satu per satu agar bayi mengenali masing-masing rasanya serta kalau terjadi reaksi alergi mudah diketahui makanan apa penyebabnya. Bila perbendaharaan rasa bayi sudah cukup banyak, barulah mulai dicampur.

5. Bagaimana dengan anjuran: kenalkan sayuran dulu daripada buah? Saat lahir, bayi sudah dibekali atau mengenal rasa manis, sementara rasa asin dan lainnya harus dipelajari. Jadi, kenalkan dulu bayi rasa sayuran yang hambar, kemudian buah yang manis. Beberapa pakar meyakini cara ini membuat anak kelak suka makan sayur.

6. Apakah boleh mencampur bahan makanan manis dengan gurih? Boleh, karena variasi ini akan membuat memori citarasa dalam otak anak makin kaya. Tapi, sebaiknya tidak mencampur terlalu banyak bahan makanan untuk satu kali pemberian makan. Kombinasikan secara bergantian agar bayi dapat mengenal rasa masing-masing bahan makanan dengan baik.

7. Mengapa bayi saya menolak pure yang saya berikan? Jangan buru-buru mengatakan anak menolak makanan. Karena anak masih dalam tahap belajar makan. Hal itu terjadi secara refleks karena anak belum terampil mengunyah dan menelan makanan. Coba lagi menyuapinya. Jika dia masih menolak, tunda pemberian makanan yang sama untuk beberapa hari ke depan. Cobalah jenis makanan lain. Jangan putus asa, Bunda.

8. Perlukah ditambahkan garam, gula atau madu ke dalam pure? Tidak perlu. Penambahan garam akan menambah beban ginjal bayi serta meningkatkan kemungkinan mereka mengalami tekanan darah tinggi saat dewasa kelak. Untuk gula, sebaiknya tidak ditambahkan karena bayi cukup puas dengan rasa manis alami bahan makanan, seperti buah. Selain itu, gula dapat memicu kerusakan gigi. Sementara madu, sebaiknya dihindari sampai usia bayi 12 bulan, sebab dapat memicu penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang serius.

9. Kalau ASI atau sufor, boleh ditambahkan ke dalam pure? Boleh, selain mengencerkan, penambahan ASI juga memperkaya kandungan nutrisi pure. Apalagi, citarasanya sudah sangat dikenali bayi sehingga dia lebih mudah menerimanya. Penambahan ASI atau sufor lakukan pada pure sebelum disajikan pada bayi. Anda boleh gunakan ASI perah yang pernah dibekukan. Tapi, jangan lakukan penambahan ASI perah pada pure yang akan dibekukan. Karena, ASI perah yang sudah beku lalu dilelehkan, tidak boleh dibekukan kembali untuk menghindari kontaminasi bakteri dan kebaikan gizinya.   

10. Bayi saya lebih lahap bila makanannya ditambah santan atau mentega. Bolehkah? Boleh, asal tak berlebihan. Misalnya, tambahkan 1 sendok teh minyak, 1 sendok makan santan, atau 1 sendok teh mentega. Minyak, santan dan mentega berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A, D, E dan K untuk diserap tubuh bayi. Bahkan minyak sayur seperti minyak jagung, zaitun dan canola, merupakan sumber asam lemak esensial, yakni asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6. Untuk menghindari garam, pilih mentega yang rasanya tawar. Untuk margarin,  pilih yang tidak mengandung lemak trans.

11. Bolehkah menambah bumbu dapur, seperti seledri atau bawang? Boleh. Tidak perlu terlalu banyak, agar aroma atau rasanya tidak terlalu menyengat. Yang penting, cuci bersih dan cincang halus sebelum dicampurkan ke dalam bubur atau nasi tim bayi.

12. Bagaimana kita bisa mengetahui bahan makanan tertentu yang menjadi penyebab timbulnya gejala alergi atau reaksi simpang makanan lainnya? Bila terjadi reaksi alergi –ringan maupun berat– seperti diare, kembung, muntah atau gatal-gatal, segera bawa anak ke dokter dan ceritakan riwayatnya. Untuk memastikan alergi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya susu sapi, anak harus menjalani beberapa pemeriksaan seperti darah dan  tes kulit.

13. Adakah hal-hal yang perlu diwaspadai dalam rangka pengenalan makanan padat pertama bagi bayi? Ada, antara lain:
  • Jangan sampai masa kritis pengenalan makanan padat di usia 6-9 bulan terlewati. Pada masa ini bayi perlu belajar keterampilan mengunyah dan menelan.
  • Hindari pemberian makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan, karena sistem pencernaannya belum bekerja sempurna, sehingga memberatkan kerja organ pencernaan dan  ginjalnya. Bisa menyebabkan bayi kenyang dan malas mengisap ASI. Akibatnya, selain hilang 1-2 waktu menyusu, produksi ASI pun makin berkurang. serta meningkatkan risiko timbulnya alergi atau reaksi simpang lainnya.




 



Artikel Rekomendasi