Menurut Nia Umar, Wakil Ketua Umum AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), puasa sebenarnya bisa saja dilakukan oleh ibu yang sedang menyusui, tapi dengan catatan, kondisi tubuh ibu dan bayi memungkinkan. Satu hal yang perlu diingat, saat ibu menyusui hendak menjalani ibadah puasa adalah fakta bahwa pada usia sebelum 6 bulan, ASI adalah satu-satunya sumber makanan yang diperlukan seorang bayi. Karenanya, jika bayi masih berusia di bawah 1 tahun, terlebih jika ia masih berada dalam tahapan pemberian ASI eksklusif, ada baiknya ibu mempertimbangkan kembali untuk ikut berpuasa.
“Sebab bagi bayi di bawah 6 bulan, kegiatan menyusui yang dilakukan sambil berpuasa bisa menimbulkan kondisi kurang cairan yang mengakibatkan tubuh ibu menjadi lemah dan tidak fit. Meski tidak berpengaruh terhadap kualitas ASI, namun kondisi kelelahan bisa memicu produksi hormon yang mengakibatkan produksi ASI berkurang,” jelas Nia, yang memutuskan untuk berpuasa ketika putri pertamanya sudah berusia 1,5 tahun.
Barulah, jika bayi sudah mendapatkan asupan makanan, di usia 6 bulan ke atas, ibu bisa lebih leluasa dalam menjalankan ibadah puasa. Pada saat itu, ketergantungannya akan asupan ASI sudah mulai berkurang sehingga pasang surut produksi ASI bisa dihadapi secara lebih santai. Namun ibu masih perlu mengawasi betul kualitas nutrisi yang dikonsumsi selama berpuasa untuk memelihara kondisi tubuh dan menjamin keberlangsungan produksi ASI.
Lalu, kapan waktu terbaik memerah ASI? Meski ASI masih bisa tetap diproduksi sepanjang hari, namun let down reflex (refleks pengeluaran ASI) yang terbaik biasanya terjadi setelah ibu mendapatkan asupan makanan dan cairan. Banyak ibu mengeluhkan melemahnya
let down reflex di sore hari, menjelang waktu berbuka. Karenanya, usahakan untuk memerah ASI setelah menyantap hidangan sahur, setelah berbuka puasa, atau setelah menyantap makanan ringan seusai salat Tarawih. Agar produksi ASI melimpah, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral dalam porsi seimbang. Masukkan ke dalam menu buah dan sayuran berwarna-warni agar Anda mendapatkan asupan vitamin yang bervariasi.
KonsultasiL Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), Ketua Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi FKUI, Jakarta.(NAYU NOVITA/ERN)Baca Juga:Puasa Saat HamilMenu Ibu Hamil BerpuasaTips Aman dan Nyaman Berpuasa Saat Hamil