Ternyata, Hipertensi Lebih Besar Mengintai Wanita, daripada Pria
Menurut riset dari Wake Forest Baptist Medical Center, North Carolina, AS, wanita sebaiknya segera melakukan deteksi penyakit ini dan mengobatinya karena ancaman hipertensi lebih besar mengintai wanita dibandingkan pria. Carlos Ferrario, pimpinan riset, mengungkapkan, dalam 20-30 tahun terakhir, angka kematian pada pria akibat hipertensi cenderung menurun, namun tidak demikian halnya dengan wanita. Para peneliti menemukan, wanita memiliki risiko unik dan khusus dalam hubungannya dengan hipertensi. Ada perbedaan fisiologis signifikan antara sistem kardiovaskuler wanita dan pria, termasuk tipe dan banyaknya hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
Pada wanita hamil, hipertensi berisiko keguguran. Ini karena hipertensi menyebabkan gangguan pada struktur pembuluh darah, baik di seluruh tubuh maupun di dalam rahim. Hipertensi membuat pembuluh darah menyempit, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang dan menyebabkan pertumbuhannya terganggu. Pada kehamilan muda, dapat menyebabkan keguguran, pada trimester kedua dan ketiga menyebabkan gangguan pertumbuhan janin atau IUGR (Intra Urine Growth Retardation), komplikasi pre-eklampsia, hingga kematian janin. Karena itu, jika ibu hipertensi ingin hamil, maka harus mengontrol tekanan darah dalam batas normal dengan penggunaan obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter internis. Jika sudah hamil, dosis dan jenis obat akan disesuaikan dan dikontrol teratur oleh dokter kandungan dan internis. Data di Indonesia menjelaskan bahwa angka kejadian ibu hamil dengan hipertensi mencapai 2,1%. (Data Riskerdas 2013, Kementerian Kesehatan RI)
Jika Menyerang Ayah
Ahli ginjal hipertensi, dr. Tunggul D. Situmorang, Sp. PDKGH dari Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengungkapkan, “Hipertensi yang tidak terkontrol menimbulkan arteriosclerosis, yaitu penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah yang berperan pada proses ereksi yang menyebabkan gangguan disfungsi ereksi (DE). ”Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, kebiasan merokok, kelebihan berat badan, serta kadar lemak tubuh yang tinggi.”
Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Anda bisa melakukan skrining dengan rutin mengukur tekanan darah dengan alat sfigmomanometer manual atau digital. Normalnya tekanan darah pria dewasa 120/80 mmHg. Disebut tinggi bila melebihi itu dengan batas toleransi 140/90 mmHg.
Dari penelitian terhadap 3.906 pria yang menderita hipertensi (tidak diabetes), terdapat 67% yang terserang disfungsi ereksi (DE). (Sumber: International Journal of Hypertension, 2012)
Jika menyerang balita
Peningkatan insidens hipertensi saat dewasa sebagian besar justru terjadi karena tidak dilakukannya deteksi dini pada masa balita. Karena itu, anak umur lebih dari 3 tahun seharusnya diperiksa tekanan darahnya secara rutin. Apalagi jika orangtua memiliki riwayat hipertensi. Dr. Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA dari Indonesian Society of Hypertension (InaSH) memaparkan, “Pada bayi baru lahir, hipertensi dapat terjadi karena renal artery thrombosis (gumpalan darah di ginjal). Sedangkan pada anak-anak, hipertensi disebabkan oleh kelainan sekunder, yaitu kelainan ginjal di jaringan, kelainan endokrin seperti hipertiroid, hiperaldosterone atau Conn’s Syndrome, obat-obatan, dan Coarctation of the Aorta (penyempitan aorta).”
Standar tekanan darah pada anak memang kompleks karena akan terus berubah seiring perkembangan tubuh mereka. Misalnya, anak usia 5 tahun, tekanan darah normalnya berkisar 127-130/86 mmHg, sementara anak usia 10 tahun 127/86 mmHg.
Pengobatan hipertensi pada balita terbagi menjadi dua, yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Untuk farmakologis, pemberian obat antihipertensi harus disesuaikan dengan usia anak, tingkat hipertensi, dan respons terhadap pengobatan. Sedangkan nonfarmakologis, orangtua sebaiknya memerhatikan gaya hidup anak dengan mengajaknya aktif bergerak dan juga membatasi penggunaan garam pada makanan.
Boleh saja, pamer bekal makanannya dengan teman-teman sebaya. Tapi jangan lupa, anak-anak juga harus tahu cara berbagi bekal dengan teman.... read more
Peningkatan kasus pneumonia misterius atau undiagnosed pneumonia yang disebabkan mycoplasma pneumonia di Cina penting dicermati, diwaspadai, dan ditindaklanjuti, namun tidak perlu menimbulkan kepanika... read more
Infeksi virus Mpox menjadi perhatian dunia, termasuk di wilayah Asia Tenggara juga Indonesia, menyusul ditemukannya 17 kasus Mpox yang 16 kasus merupakan kasus positif aktif ... read more