Bila prinsip rawat gabung sudah dikenali sejak sebelum bayi lahir, maka calon ibu jadi lebih siap dan termotivasi melakukannya. Beberapa isu seputar rawat gabung ini kerapkali santer di masyarakat kita, cek dulu kebenarannya, antara lain:
- Takut bayi kelak jadi manja. Berbagai penelitian membuktikan, anak-anak yang dekat dengan orang tuanya maka akan lebih cepat mandiri dibanding anak-anak yang tidak dekat dengan orang tuanya. Lakukan early skin to skin contact, yakni lebih sering dan lebih lama dipeluk selama masa perinatal hingga berusia sekitar 7 hari.
- Ibu akan kelelahan. Ini keliru, bila ibu melihat atau mencium bau bayinya, maka hormon oksitoksin ibu akan meningkat. Kondisi ini mencetus perasaan gembira, sehingga hampir tidak mungkin bila ibu merasa kelelahan.
- Belum adanya fasilitas rawat gabung. Pastikan tempat bersalin Anda nantinya dapat mengakomodir keinginan Anda, untuk rawat gabung. Untuk itu, Anda perlu mengecek sejak jauh-jauh hari. Namun sebelumnya, diskusikan dengan dokter bahwa status kehamilan Anda dan bayi adalah sehat sebagai salah satu syarat melakukan rawat gabung. Bila tidak tersedia, Anda masih bisa mencari di RS lainnya.
- Biayanya mahal. RS yang sudah menjalankan rawat gabung, biasanya biaya sudah termasuk semuanya. Bagi RS yang belum menjalankan rawat gabung, ada kemungkinan terdapat tambahan biaya, misalnya untuk tempat tidur bayi. Untuk itu, masalah biaya juga perlu Anda pastikan lagi.
- Menekan risiko bayi tertular penyakit. Jika kakek, nenek, atau pengunjung kurang sehat, Anda bisa secara sigap dan langsung mengingatkan mereka agar tidak bersentuhan dengan bayi, mengingat kondisi bayi yakni sensitif dan rentan sakit. Katakan secara santun, “Mohon maaf, Anda sedang agak batuk, jangan dekat-dekat bayi dulu ya.” Bayangkan jika ditaruh di kamar bayi, kita tidak tahu persis orang dengan keadaaan sehat atau tidaknya yang berdekatan dengan bayi.