1. Tidak menghormati
Sebagai orang tua, kadang Anda minta anak untuk menghormati Anda. Misalnya, tidak menggangu saat bekerja hingga memintanya bersikap sopan saat kedatangan tamu. Namun, kerap lupa menghormati anak. Contohnya, memarahi anak di depan umum atau membandingkannya dengan anak lain. Padahal menurut
Victoria Kindle Hodson, seperti dikutip www.parents.com salah satu penulis buku
“Respectful Parents, Respectful Kids, salah satu cara paling efektif mengajarkan anak berlaku sopan dan hormat adalah dengan memberinya contoh.
Koreksi dengan...
Mulai sekarang, saat kemarahan di ubun-ubun sisakan kesabaran untuk berdiri dengan posisi
eye level dengan anak. Ungkapkan kemarahan dengan tegas dan jelas. Misalnya, dengan mengatakan rasa tidak senang saat anak melepaskan diri di tengah keramaian karena akan sedih jika ia ada yang melukai. Semarah apapun tetaplah tenang, jangan berteriak, dan jangan pernah meremehkan si kecil.
2. Mengomel
Ketika Anda menegur anak sambil marah akibat perbuatannya, Anda cenderung berteriak sambil mengatakan hal-hal yang tidak penting. Entah mengungkit nilainya yang jelek atau kesalahannya beberapa hari yang lalu. Ditambah hari itu Anda sedang mengalami
bad day, maka kesalahan anak yang tidak ada hubungannya malah jadi ajang pelampiasan kekesalan Anda.
Koreksi dengan…
Ambil napas beberapa menit untuk meredakan amarah Anda sebelum membicarakan kesalahan anak. Anda juga bisa mencoba jalan kaki sebentar sambil menghirup udara segara untuk mengumpulkan kembali pikiran jernih Anda. Mungkin dengan bagitu Anda bisa menyikapi masalah si kecil dengan lebih tenang dan bijaksana.
3. Tidak konsisten
Anda menegur anak karena mainannya berantakan hari ini, esoknya Anda cuek saja melihat hal itu. Namun, esok lagi Anda kembali memarahinya. Anak tentu akan bingung dengan perintah Anda yang tak konsisten. Salah satu cara terbaik untuk membantu anak memperbaiki perilakunya adalah dengan memberinya instruksi yang jelas tentang apa yang Anda harapkan.
Koreksi dengan…
Terapkan peraturan atau perintah yang mudah. Misalnya, wajibkan dia membereskan mainannya usai digunakan dan bicarakan bersama, apa konsekwesnsinya jika ia melanggar aturan tersebut. Jika Anda tidak di rumah, minta bantuan istri untuk memonitor. Jika si kecil melanggar, ia harus menerima konsekuensinya.
4. Penjelasan tanpa ujung
Kemampuan konsentrasi balita usia 3-4 tahun hanya berkisar 5-10 menit. Jadi percuma saja bila Anda memarahi dan menasihatinya panjang lebar hingga ke detail kesalahannya. Dia tidak akan fokus pada apa yang Anda katakan.
Koreksi dengan…
Langsung jelaskan masalah dan akibat yang ditimbulkan oleh anak dengan bahasa yang mudah dia mengerti. Untuk anak usia balita, jelaskan alasan kenapa perbuatannya salah. Misalnya, dia merebut mainan teman hingga temannya menangis. Jelaskan bahwa dia mengambil milik orang lain dan sebaiknya itu tidak lakukan karena membuat temannya sedih.
5. Selalu melarang
Hindari kalimat negatif yang mengandung kata “Jangan!”. Fokuslah pada kesalahan yang dilakukan anak dan perilaku yang Anda harapkan daripada menyelipkan kata “jangan”. Menurut psikolog
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, yang dikutip dari www.parenting.co.id, kata "Jangan" bisa berarti negatif di mata anak Anda.
Koreksi dengan…
Beri nasihat atau perintah langsung pada perilaku yang diharapkan. Misalnya, ketika anak menjatuhkan gelas karena berlarian di dalam rumah, fokus pada perilakunya yang kurang baik. Daripada mengatakan “jangan berlarian di dalam rumah,” sebaiknya katakan, “di dalam rumah sebaiknya berjalan dengan pelan dan hati-hati, ya, agar gelas tidak jatuh dan pecah.”
6. Bukan menghukum
Ada anggapan mendisiplinkan anak adalah menghukumnya. Padahal mendisiplinkan anak adalah upaya Anda agar anak mematuhi tata tertib, supaya tidak dilanggar dan mereka jauh dari hukuman. Disiplin juga berarti Anda membuat aturan, batas dan harapan yang harus diikuti anak tahu apa bahwa ia harus menaatinya. Tujuan utama disiplin adalah membuat anak belajar untuk mengatur diri sendiri, sehingga mereka tidak perlu dihukum.
Koreksi dengan…
Pikirkan lagi perbedaan mendisplinkan anak dengan menghukumnya. Saat mendisplinkan anak, Anda mengajarkan mereka bagaimana cara melihat tujuan baik dari batasan yang tidak boleh mereka langgar. Juga apa akibat dari perbuatannya yang bisa merugikan Anda atau orang lain. Gunakan bahasa yang baik, mudah dimengerti, dan menyenangkan.
7. Beda ucapan dan perlaku
Anda menyuruh si kecil tidak berteriak-teriak di dalam rumah. Tapi dengan nada tinggi. Anda menyuruhkan makan di atas meja makan. Eh, sementara itu Anda justru makan di depan televisi… Anda menyuruhnya membereskan mainan, tetapi Anda meletakkan tas kerja dan jas Anda sembarangan. Hayo, siapa yang salah?
Koreksi dengan…
Melakukan apa yang Anda perintahkan pada si kecil sebagai contoh yang baik. Jika Anda tidak bisa melakukannya, jelaskan pada anak mengapa hal itu bisa terjadi. Misalnya, ketika Anda tidak membereskan barang Anda usai kerja, jelaskan alasannya. Pastikan pada anak bahwa lain kali Anda akan membereskan peralatan Anda di lain waktu.
8. Tak menerapkan disiplin
Tujuan mengajarkan anak disiplin adalah agar mereka tumbuh menjadi anak baik, menaati norma yang berlaku, baik di rumah atau lingkungan, dan menjadi pribadi yang penuh empati. Berbeda dengan anak yang tidak diajarkan disiplin. Anak akan cenderung egois, kurang pintar mengatur diri, dan sulit bersosialisasi.
Koreksi dengan…
Berikan aturan pada anak, batasan, dan juga konsekuensi yang jelas. Memberinya konsekuensinya ketika melanggar dan memberinya hadiah atas kedisplinannya. Selalu ingat bahwa membiasakan anak disiplin merupakan bekal penting bagi kehidupan anak kelak. Selama Anda menangani ‘kenakalan’ anak dengan baik, penuh cinta, serta bimbingan tegas, si kecil akan belajar dan tumbuh dari kesalahan yang dilakukannya.
(TIM AYAHBUNDA/FIN)
Baca Juga
Terapkan Disiplin Sedini Mungkin
6 Siasat agar Anak Terbiasa Disiplin