Memberi perhatian kepada teman bermain merupakan langkah awal balita mengasah perkembangan emosi. Dengan teman bermainnyalah balita belajar berbagi, berempati, bertoleransi dan mengungkapkan afeksi.
Tidak lagi berpusat pada diri. Jika di masa bayi dan batita kehidupan berpusat pada dirinya semata, di usia prasekolah anak mulai memiliki lingkungan sosial pertama. Sebagian besar anak masa kini memiliki sahabat pertama di kelompok bermain atau TK. Meskipun ada juga yang mengenal teman atau sahabat pertama dari lingkungan luar rumah.
Selain kecerdasan kognitif yang terasah secara pesat, kecerdasan emosi juga memperoleh rangsang untuk berkembang sejak balita mengikuti kelompok bermain atau TK. Di prasekolah, balita belajar aturan yang berbeda, berbagi dengan teman, bermain dengan teman sebaya. Dengan pengarahan dan bimbingan guru dan orang tua, si prasekolah mulai belajar mengendalikan dorongan internal, keinginan, emosi dan perilaku agresif.
Beragam reaksi. Ketertarikan si prasekolah terhadap orang lain, dalam hal ini teman sebaya, biasanya terungkap melalui beberapa pertanyaan kritis: “Mengapa rambutku luruh dan dia keriting?”, atau “Mengapa dia menangis?”. Lalu ketika rasa empatinya mulai berkembang, “Mengapa ia tidak masuk?”, atau “Apakah sakitnya parah?”, “Kapan ia sembuh?”.
Reaksi yang lebih lanjut dapat berupa tindakan balita membujuk teman yang menangis, atau, mendoakan teman yang sakit.
Sayangnya tak banyak orang tua tanggap dan menyambut pertanyaan dengan balita dengan penjelasan dan contoh-contoh. Padahal menurut psikolog perkembangan asal Jerman,
Dr. Herrmann Scheuerer-Englisch, cara mengajarkan hal-hal yang bersifat abstrak seperti menanamkan kepedulian dan empati orang tua perlu banyak memberikan contoh dan penjelasan.
Latihan menerampilkan. Berikut ini beberapa hal yang dilakukan untuk mengajarkan anak berempati dan sayang kepada teman. Penuhi kebutuhan anak akan kasih sayang dan cinta. Dengan demikian anak merasa aman kapan pun dan dimanapun ia berada. Limpahan kasih sayang orang tuanya tak hanya menguatkan rasa percaya diri, melainkan juga dorongan untuk berbagi dengan orang lain.