Tantrum di Tempat Umum

 


Karena ia belum piawai mengungkapkan perasaan dan emosinya melalui kata-kata, maka yang dilakukannya adalah menangis, berteriak, dan mengamuk atau disebut dengan tantrum. Tak jarang hal tersebut dilakukannya saat berada di ruang publik, dan sukses membuat muka Anda memerah akibat malu. Namun sesungguhnya, tantrum atau luapan kemarahan anak, merupakan bagian dari pertumbuhan emosional balita dan hal ini wajar terjadi.

Menurut Diane Ryals, pendidik ekstensi kehidupan keluarga dari University of Illinois, Illinois, AS, tantrum menjadi masalah ketika orangtua menyerah pada anak terlalu cepat atau terlalu sering. Sehingga berakibat mengajarkan pada anak bahwa dengan mengamuk adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Berikut hal-hal yang dapat Anda lakukan saat menghadapi balita tantrum di tempat umum:

1. Buat Kesepakatan Sebelum Pergi
Sebelum bepergian, buatlah kesepakatan secara rinci dengan anak. Misalnya saat akan mengajaknya berbelanja ke pasar swalayan, katakan padanya, Hari ini Bunda akan pergi berbelanja. Kamu boleh ikut tapi harus janji tidak akan merengek atau menangis minta dibelikan mainan, cokelat, permen, dan es krim. Bunda hanya akan membelikan kamu susu dan biskuit. Kalau kamu tetap menangis atau berteriak memaksa Bunda membelikan yang kamu mau, sore hari kamu tidak boleh bermain di taman bersama teman-teman”. Jika sudah sepakat, baru ajak ia untuk pergi. Jika anak melanggar kesepakatan, terapkan konsekuensi pada anak saat itu juga. Konsistensi berperan penting dalam mendisiplinkan anak untuk menghilangkan kebiasaan tantrum.

2. Tenangkan Diri Anda
Saat Anda mendapati balita tantrum, sebelum menenangkannya, sebaiknya Anda lebih dulu menenangkan diri sendiri. Sebab bila tidak, Anda akan kesulitan mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi anak. Pada kondisi ini pula, Anda sekaligus berkesempatan mengajarkan balita cara yang tepat merespon emosi orang lain.

3. Kenali Penyebab Tantrum
Dengan mengetahui pencetus tantrum pada anak, maka Anda diberikan kemudahan untuk dapat menanganinya. Penyebab tantrum bermacam-macam, di antaranya karena tidak terpenuhinya keinginan anak, ia lelah, mengantuk, bosan, atau lapar. Terlebih, di usia ini beberapa anak belum dapat mengungkapkan emosinya melalui kata-kata, karena itu mereka memilih untuk menangis atau berteriak. Oleh karena itu, Anda sebaiknya jeli melihat keadaan. Bila hendak mengajak anak bepergian, pastikan anak dalam keadaan sehat, sudah kenyang, dan tidak mengantuk.

4. Segera Tenangkan Anak
Peluk tubuh anak dengan erat lalu ajak ia beranjak dari tempat tersebut dengan perlahan. Bagi sebagian anak –terutama anak yang baru pertama kali atau tidak terlalu sering tantrum- cara tersebut dapat segera meredakan tantrum dan memberikan rasa aman dan nyaman. Kemudian setelah ia tenang, segera alihkan perhatian anak dengan hal lain yang dapat menarik perhatiannya. Misalnya dengan mengajak anak makan pasta atau biskuit favoritnya

5. Abaikan dan Jangan Melunak
Segala cara sudah Anda terapkan, tetapi tak juga membuahkan hasil. Biarkan ia menyelesaikan tangis dan teriakannya, Anda tak perlu lagi menghampiri dan membujuknya. Jangan bersikap lunak dengan segera memberikan yang diinginkan anak agar tantrumnya segera usai. Jika Anda melakukannya, artinya si 2 tahun telah berhasil memanipulasi Anda, dan jangan kaget jika di lain waktu ia akan mengulangi kembali aksinya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya. Hampiri anak hingga tangis dan teriakannya reda dengan sendirinya, karena lama-kelamaan ia juga akan lelah dan bosan karena aksinya tak ditanggapi.

6. Bawa Anak ke Tempat Sepi
Jika aksinya mulai mengganggu orang-orang di sekitarnya atau bahkan membahayakan diri sendiri dan orang lain, misalnya ia mulai  membenturkan kepala ke dinding atau melempar barang ke segala arah, segera pindahkan anak ke lokasi yang lebih sepi. Anda dapat membawanya ke mobil, lalu pegang erat kedua tangan dan tubuh anak, kemudian tatap matanya namun Anda tak perlu berkata apapun. Tunggu 15 hingga 20 menit, biasanya anak akan berhenti menangis dan berteriak karena ia mulai lelah, dan saat itulah Anda dapat mengajaknya berbicara. Tidak perlu memaki anak, namun Anda boleh dengan tegas mengutarakan perasaan kecewa dan tidak suka atas perilakunya tadi.

(FIN/ERN)


 


Artikel Rekomendasi

Load more