1. Harapan memilih sekolah bilingual agar anak jago berbahasa Inggris.
Realita, berbahasa Ingggris di sekolah harus dilanjutkan di rumah. Konsistensi penting untuk mencegah kebingungan anak dan
speech delay (terlambat berbicara). Penggunaan bahasa pun jangan campur aduk
“could you get Mommy teh manis from the dapur, please?”
2. Harapan memasukkan anak ke sekolah berbasis agama agar potensi religinya baik.
Realita sekali lagi, konsistensi. Pendidikan agama di sekolah harus terlihat rajin beribadah dan bergaya hidup sesuai ajaran agama. Jika tidak, anak bingung dan terjadi bentrokan nilai-nilai.
3. Harapan mencari sekolah dengan rasio guru-murid sedikit. Misal 1:4.
Realita rasio saja tidak cukup, cermati, jangan-jangan anak dibimbing asisten guru atau malah guru magang! Selain memenuhi rasio, guru harus profesional-memiliki diploma atau gelar sarjana muda (
early child-hood), mendapat training dan memiliki pengalaman memadai.
4. Harapan memilih sekolah kurikulum barat agar pendidikan anak semaju di sana.
Realita kurikulum barat (AS, Australia, Inggris) menerapkan
activity based learning atau belajar lewat aktivitas. Anak menemukan sendiri fakta-fakta lewat proses belajar-bukan hanya “dicekoki” guru. Akhirnya terbentuklah karakter anak yang berinisiatif tinggi, kreatif, proaktif dan mandiri. Karakter ini akan cocok untuk iklim perguruan tinggi dan dunia kerja.
5. Harapan memilih sekolah yang akan mencetak anak menjadi unggul.
Realita waspadai kurikulum sekolah dengan janji-janji “mencetak” anak sukses secara instan. Tahun-tahun pertama bersekolah memang penting, namun program sekolah harus diciptakan mengikuti minat, kebutuhan dan kecintaan alamiah anak untuk belajar di usia kanak-kanaknya, bukannya memaksakan anak jadi cerdas.
Baca:
10 Tanda Prasekolah Bagus