Puzzle adalah permainan klasik. Memang bukan asli dari Indonesia. Sehingga pada awalnya, puzzle adalah produk impor. Kini mainan ini telah tersedia di berbagai toko mainan, bahkan toko buku. Beragam
puzzle dari berbagai bahan dan tingkat kesulitan sesuai tahapan perkembangan balita dapat Anda peroleh dengan mudah.
Menyelesaikan masalah, mengasah keterampilan. Mengapa
puzzle tak lekang oleh masa? Karena
puzzle selalu bisa muncul dengan berbagai gambar menarik, sesuai tokoh kartun anak-anak yang sedang tren. Lagipula bermain
puzzle banyak manfaatnya. Ini sesuai dengan pendapat para ahli perkembangan!
Puzzle ternyata dapat membantu anak belajar memecahkan masalah. Dengan mencoba beberapa cara memasangkan kepingan berupa potongan-potongan gambar maka balita dilatih untuk berpikir kreatif. Permainan
puzzle juga mengasah ketekunan anak, dalam memecahkan masalah, tentunya.
Ketika jemari mungilnya harus memasangkan kepingan tipis yang, terbuat dari kayu atau lempeng karton, maka bermain
puzzle akan mengasah ketrampilan motorik halus. Semakin terampil jari-jemari balita, memasangkan kepingan sesuai bentuk tepian, akan semakin mudah dilakukan.
Memadukan atau memasangkan kepingan
puzzle membantu anak secara aktif mengembangkan kemampuan membuat kesimpulan (dari sebuah masalah), memahami logika sebab-akibat dan gagasan bahwa obyek yang utuh sebenarnya tersusun dari bagian-bagian yang kecil.
Berkembang bertahap. Sebagaimana halnya dengan kemampuan anak menyusun menara dari balok, kemampuan anak bermain
puzzle pun berkembang secara bertahap. Si dua tahun, misalnya sudah tertarik dengan kegiatan menyusun
puzzle dengan hasil akhir figur hewan kesayangannya. Tetapi tentu masih berupa
puzzle dengan kepingan besar yang terdiri dari 2 – 3 potong.
Semakin hari ketrampilan dan kemampuan pemahamannya semakin berkembang, sehingga ia mulai dapat menyelesaikan
puzzle yang jumlah kepingannya 4 – 6. Semakin lama, semakin banyak jumlah kepingannya, dan bentuknya semakin kecil dan rumit.
Di usia prasekolah perhatian balita terhadap ciri fisik obyek (bentuk, warna, tekstur dan lainnya) semakin detil. Jadi, si prasekolah pun semakin piawai saja menyusun kepingan
puzzle menjadi sebuah sebuah gambar besar utuh yang hasil akhirnya menggambarkan ciri detil.