Bayi 9 – 18 Bulan, Pandai Menemukan Solusi

 

Peka terhadap peragaan. Pentingnya kehadiran orang dewasa bagi bayi untuk memberi
bantuan serta memberikan instruksi dalam memecahkan masalah menjadi gagasan studi yang dilakukan oleh tim peneliti Nathalie Goubet (Fakultas Psikologi Gettysburg, Amerika
Serikat), Phillippe Rochat (Fakultas Psikologi Universitas Emory, AS), Céline Marie-Leblond (Laboratoire de Psychobiologie de l'enfant, AS)  dan Sarah Poss (Fakultas Psikologi Universitas Emory, AS).

Dalam penelitian mereka, bayi-bayi yang berusia 9, 14 dan 18 bulan ditempatkan di situasi tertentu. Yaitu, berhadapan dengan mainan yang diletakkan di atas alas main dengan posisi yang dapat mempertahankan perhatian bayi. Mainan yang menarik ini, oleh peneliti dimasukkan ke dalam kotak transparan yang tertutup dan sulit dibuka bayi. Nah, tingkat
kesulitan membuka kota diatur dalam sebuah rentang, dari yang termudah hingga paling sulit.

Petugas eksperimen memberi petunjuk dan mencontohkan cara memecahkan masalah tersebut, setiap kali bayi meminta dengan bahasa tubuh tertentu. Seperti, menunjuk, meraih, atau memperlihatkan kotak kepada petugas eksperimen. Demikian pula ketika, bayi nampaknya tak bisa membuka kotak berisi mainan.

Yang menjadi bahan analisis adalah keberhasilan bayi menyelesaikan masalah, kepekaan bayi terhadap peragaan yang diberikan petugas eksperimen, dan gestur komunikatif bayi untuk meminta petunjuk. Semakin besar, semakin peka. Studi yang sempat dipublikasi melalui jurnal Infant dan Child Development beberapa waktu lalu ini, memperlihatkan bayi-bayi yang lebih besar, lebih berhasil memecahkan masalah dibandingkan yang muda usianya. Tetapi yang menyolok, si 14 dan 18 bulan memperlihatkan kepekaan dalam memperhatikan peragaan dan menggunakan petunjuk yang diberikan untuk memecahkan masalah, yaitu membuka kotak berisi mainan.

Sebaliknya, bayi usia 9 bulan sama sekali tidak memperlihatkan sensitivitas dan kurang aktif
mengomunikasikan permintaan cara menyelesaikan masalah melalui gestur (bahasa tubuh) kepada orang dewasa yang jadi petugas eksperimen. Meskipun, permintaan bayi akan petunjuk penyelesaian masalah juga tergantung kepada berat-ringannya masalah, tetapi yang terjadi pada si 9 bulan adalah gambaran kemampuan berpikirnya.

Hasil studi ini membuka pandangan orang tua dan para ahli terhadap kemampuan berpikir bayi. Termasuk cara belajar si 9 – 18 bulan yang ternyata sudah berupa social learning, yaitu
belajar dengan mengamati orang lain, juga bayi lainnya. Penelitian ini juga mendukung gagasan bahwa di 6 bulan pertama di tahun keduanya, anak mulai mengembangkan sikap kolaboratif terhadap orang lain.

Untuk ini, tentu Anda harus serius menanggapi pertanyaan si kecil meskipun masih berupa kata sederhana ”Apa?” atau bahkan berupa bahasa tubuh, yang seringkali terlewatkan.
 

 


Artikel Rekomendasi

Load more