Dulu, ibu hamil tidak disarankan berolahraga karena berisiko melahirkan bayi prematur. Sebab ada anggapan aktivitas tersebut dapat mengeluarkan
norepinephrine, semacam zat yang dapat merangsang kontraksi dan menyebabkan persalinan prematur. “Namun studi terbaru justru menyarankan yang sebaliknya,” kata
Profesor
Vincenzo Berghella, dari Thomas Jefferson University Philadelphia, AS.
Studi terbaru itu dilakukan terhadap 2.059 ibu hamil. Setengahnya melakukan aerobik 35 – 90 menit, 3 – 4 kali seminggu selama 10 minggu atau lebih dan setengahnya tidak melakukan olahraga. Hasilnya, seperti yang dimuat di
American Journal of Obstetrics & Gynecology menunjukkan:
- Tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua group tersebut dalam kasus persalinan prematur.
- Ibu hamil yang rajin berolahraga berisiko rendah mengalami diabetes gestasional dan darah tinggi dibanding yang tidak pernah olahraga.
- Ibu hamil yang rajin berolahraga lebih rendah menjalani persalinan sesar dibanding yang tidak olahraga.
- Pada bayi tidak ditemukan perbedaan berat lahir rendah pada kedua kelompok tersebut.
Didasarkan studi itu
, Kongres of Obstetrician dan Gynecologis Amerika(ACOG), menganjurkan
wanita hamil untuk berolahraga 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang. Ini artinya ibu hamil dianjurkan melakukan olahraga 30 menit sehari, selama 5 hari. Intensitas sedang artinya olahraga yang meningkatkan denyut jantung dan membuat tubuh berkeringat. Ciri lainnya, adalah, saat berolahraga Anda dapat berbicara tapi tidak bisa menyanyi. Contoh olahraga dengan intensitas sedang antara lain: Berenang, berjalan cepat, dan berkebun.
ACOG berpesan sebaiknya, ibu hamil berkonsultasi ke dokter kandungan untuk mengetahui jenis olahraga aman yang sesuai dengan kondisi kehamilan dan kebutuhan masing-masing ibu hamil. (IAH)
Baca Juga:
7 Hal yang Mulai Dilakukan Setelah Positif Lahir
Manfaat Ekstra Jalan Kaki Saat Hamil
3 Olahraga Simpel Bersama Suami