Berbagai alasan melatari keputusan seorang ibu untuk kembali bekerja setelah punya anak. Apa pun alasannya, para ibu bekerja tampaknya tak dapat menghindari perasaan bersalah meninggalkan anak di rumah bersama orang lain.
Kembali bekerja atau tidak setelah melahirkan merupakan dilema yang umum dihadapi para ibu bekerja. Namun, di zaman sekarang, sebagian besar para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, meski mereka menyadari bahwa kembali bekerja berarti harus mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja.
Tak dipungkiri, ada pula ibu yang menunda kembali bekerja, sejauh hal itu mungkin, karena tak ingin meninggalkan anak untuk diasuh orang lain. Tetapi, ada berbagai alasan mengapa para ibu cenderung memilih kembali bekerja setelah melahirkan.
Dra. Agustine Sukarlan Basri, M.Si ., staf pengajar pada Jurusan Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa, kecenderungan para ibu zaman sekarang memilih kembali bekerja setelah punya anak, bukan semata-mata karena mereka senang bekerja. Jarang sekali seorang ibu bekerja untuk dirinya sendiri. Para ibu bekerja lebih untuk ikut berperan mendukung ekonomi rumah tangga,ujar Agustine. Kalaupun ada ibu yang memutuskan kembali bekerja demi karier, ia tak malu mengakui bahwa ia merasa bersalah meninggalkan anak untuk diasuh orang lain.
Selain itu, tingginya angka perceraian pada usia perkawinan muda, dapat menjadi salah satu pemicu para ibu untuk kembali bekerja. Mereka menyadari bahwa kemandirian secara ekonomi diperlukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan, seperti misalnya perceraian.
Teresa Wilson , penulis buku Working Parents Companion, menemukan beberapa alasan mengapa para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan: