Pihak BPOM RI telah melakukan pengujian terhadap 26 sirup obat sampai dengan 19 Oktober 2022. Hasilnya, 5 produk menunjukkan adanya kandungan cemaran EG (etilen glikol) melebihi ambang batas aman.
5 Produk Obat Sirup Ditarik
Kelima produk tersebut di antaranya:
- Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex.
- Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama.
- Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries.
- Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries.
- Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries.
Kelima produk ini sudah diperintahkan untuk ditarik dari peredaran di seluruh Indonesia – mulai dari Pedagang Besar Farmasi, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Toko Obat, serta praktik mandiri tenaga kesehatan – dan produsen obat harus melakukan pemusnahan seluruh bets produk.
BPOM juga mengimbau masyarakat untuk waspada, menjadi konsumen cerdas, dan selalu memperhatikan hal berikut dalam mengonsumsi obat-obatan:
1/ Membeli dan memperoleh obat hanya di sarana resmi, yaitu Apotek, Toko Obat, Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
2/ Membeli obat secara online dapat dilakukan hanya di apotek yang telah memiliki izin Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi (PSEF).
3/ BPOM secara berkesinambungan melaksanakan patroli siber (
cyber patrol) pada platform situs, media sosial, dan
e-commerce untuk menelusuri dan mencegah peredaran obat ilegal.
4/ Menerapkan Cek KLIK yaitu Cek Kemasan dalam kondisi baik, Cek Label , Izin Edar, dan Kedaluwarsa) sebelum membeli atau menggunakan obat.
Orang Tua Tetap Harus Waspada
Kendati demikian, menurut BPOM RI, hasil uji belum dapat sepenuhnya memastikan bahwa sirup obat tersebut merupakan penyebab Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (AKI) yang sedang marak terjadi. Masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan
multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19.
Mengingat proses penyelidikan masih berjalan, Kementrian Kesehatan dalam siaran pers sebelumnya mengimbau orang tua tetap meningkatkan kewaspadaan, khususnya pada anak balita dengan gejala sakit disertai penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil.
“Ini bisa dengan atau tanpa demam, dengan diare atau tanpa diare, mual muntah, maupun dengan batuk pilek atau pun tidak. Bila menemui gejala ini, hatus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat,” pesan
dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, juru bicara Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Telah Membeli Antidotum
Saat ini Kementrian Kesehatan melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo juga mengupayakan perbaikan kondisi pasien-pasien AKI.
“Ya, sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas AKI, Kemenkes melalui RSCM telah membeli antidotum atau penawar yang didatangkan langsung dari luar negeri untuk pasien yg saat ini dirawat dari seluruh Indonesia,” ujar dokter Syahril dalam siaran pers beberapa waktu lalu.
Penggunaan antidotum ini tentunya melalui pertimbangan medis dan kondisi pasien.
BPOM bersama Kementerian Kesehatan, pakar kefarmasian, pakar farmakologi klinis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan pihak terkait lainnya masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif berbagai kemungkinan faktor risiko penyebab terjadinya gagal ginjal akut atau
Acute Kidney Injury (AKI). BPOM akan terus memperbaharui informasi terkait dengan hasil pengawasan terhadap sirup obat sesuai dengan data yang terbaru. Selain itu, BPOM juga mendorong tenaga kesehatan dan industri farmasi untuk terus aktif melaporkan efek samping obat atau kejadian tidak diinginkan pasca penggunaan obat kepada Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional melalui aplikasi e-MESO Mobile.
Artikel ini juga tayang di
www.Femina.co.id