Perkapuran plasenta merupakan gangguan kehamilan yang harus segera diatasi, karena dapat mengganggu perkembangan janin. Deteksi dan penanganan secara dini sangat diperlukan agar kehamilan berjalan lancar dan bayi pun tetap sehat.
Perkapuran plasenta menghambat suplai oksigen dan nutrisi dari ibu dan janin. Tentunya hal ini harus segera diatasi sedini mungkin. Melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG), akan tampak sebagai bercak putih yang tersebar dari dasar plasenta hingga permukaan.
Setelah diketahui adanya bercak putih tersebut, maka dokter akan memantau janin dalam rentang waktu tertentu untuk memastikan kecukupan asupan nutrisi sesuai kebutuhan. Caranya dengan mengukur pertumbuhan janin, melihat jumlah cairan ketuban, dan jika tersedia alat, dapat dilihat arus aliran darah pada janin dan plasenta.
Penggunaan obat biasanya tergantung pada penyebab atau penyakit yang ada pada ibu dan janin. Tetapi secara umum, dokter biasanya akan memberikan obat pengencer darah agar aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen dari ibu ke plasenta lalu ke janin menjadi lebih lancar.
Lalu, jika ibu mengalami perkapuran plasenta, apakah harus bersalin secara caesar? Dampak pada ibu sebenarnya tidak ada dan ibu belum tentu harus operasi. Dokter biasanya menyarankan induksi dengan pemantauan ketat kondisi janin. Jika terdapat stres pada janin, barulah dokter memilih caesar.
Perkapuran plasenta lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Namun jika penyebab kasusnya adalah gaya hidup ibu, selama kondisi ibu belum diperbaiki, perkapuran plasenta bisa terulang pada kehamilan berikutnya. Itu sebabnya penting bagi ibu hamil untuk:
- Menerapkan pola hidup sehat, seperti mematuhi jadwal makan, berolahraga rutin, cukup istirahat, berhenti merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol.
- Menghindari stres.
- Mengobati infeksi dan sindrom anti-fosfolipid (APS), jika ada.
- Memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter.