Kriteria Camilan yang Baik untuk Kesehatan Anak
Apa yang harus diperiksa dalam kemasan cemilan anak?... read more
Pulang kampung atau mudik, adalah momen yang sangat dirindukan oleh kita semua. Menjelang hari raya Idul Fitri, persiapan pulang kampung terasa sangat menyenangkan sekaligus menegangkan. Memilih moda transportasi adalah hal serius yang betul-betul dipikirkan. Karena menempuh perjalanan dengan waktu tempuh yang lebih lama akibat kemacetan bersama balita, tentu berbeda bila pergi tanpa mereka.
Makna mudik
Mudik lazimnya dilakukan oleh para perantau atau pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya. JJ Rizal - seorang sejarawan dan budayawan Betawi menyebut bahwa asal muasal mudik bukanlah kembalinya orang dari perantauan ke kampung halamannya.
Kota Jakarta dahulu berada di wilayah Barat dan Utara. Orang-orang yang tinggal di sebelah Selatan Jakarta disebut orang ‘udik’. Istilah mudik menurut Rizal, untuk menyebut kaum urban yang sudah tidak sanggup tinggal di kota Jakarta, kemudian kembali ke Selatan dan beberapa wilayah lain di Jakarta, sampai Depok dan Bekasi. Istilah mudik lalu meluas, dikarenakan orang Betawi sendiri yang menyosialisasikan istilah itu sebagai kembali ke udik, pulang kampung.
Para bunda yang baru kembali dari mudik bersama balita, kegembiraan sehabis bersilaturahim dengan sanak saudara dan teman masa kecil tentu masih membekas. Senangnya memperkenalkan pada anak-anak rumah masa kecil bunda atau ayah, memperkenalkan anak-anak pada sepupunya yang tinggal berjauhan, memberi kenangan yang sangat menyenangkan buat anak-anak.
Anak mengalami gangguan kesehatan setelah bepergian itu biasa. Beberapa bunda dari Komunitas Ayahbunda ini punya cerita.
Masriyah Arsyeiny (30) - Jakarta
Setelah sampai rumah, Farah (3,5) dan Falah (11 bulan) kelelahan, dan kulitnya mengalami biang keringat karena selama di kampung halaman tidur tidak pakai AC. Untuk mengatasi kelelahan anak-anak, mereka dipastikan cukup tidur. Untuk mengatasi biang keringatnya, diolesi baby cream.
Clara Fellycia Alverina (26) - Jakarta
Anak saya, Seanna (16 bulan) kelelahan banget, hidungnya sampai meler. Saya buat suasana tidur yang nyaman, jangan sampai kepanasan, gosok badannya dengan minyak telon dan peluk. Puji Tuhan, sembuh!
Bunda Christy & Ayah Ogie (31) - Karawang
Sepulang dari Malang naik kereta, Kanisya (4,5) kelelahan. Untuk pemulihannya, dia banyak tidur, makan, minum dan diberi vitamin.
Awas, postholiday blues
Istilah ini memang sedang jadi bahasan di berbagai situs kesehatan. Postholiday blues adalah tekanan mental jangka pendek - merasa cemas dan sedih yang muncul setelah liburan. Demikian definisi yang disebutkan di verywellmind.com.
Perasaan ini muncul karena selama liburan terjadi kesibukan untuk mempersiapkan tradisi hari raya. Bagi sebagian orang peristiwa itu bisa jadi menyenangkan, tetapi buat orang lain bisa melelahkan.
Ini gejala postholiday blues yang akan hilang dalam waktu yang tidak lama:
- Cemas
- Tidak ada motivasi, misalnya malas kembali bekerja
- Suasana hati buruk
- Mudah tersinggung
- Stress
- Sulit tidur
- Memikirkan keuangan
- Overthinking
Bunda dan ayah mestinya liburan dan pulang kampung memberikan kegembiraan. Tapi kelelahan bisa juga memicu postholiday blues. Bila bunda atau ayah mengalami tanda-tanda postholiday blues, segera atasi dengan cara ini:
- Olahraga. Karena olahraga dapat memicu hormon endorphin, hormon rasa nyaman dan bahagia.
- Jalan-jalan di alam, bukan di mal. Pepohonan, sungai atau danau bisa meningkatkan perasaan nyaman.
- Makan dengan baik.
- Tidur cukup.
- Tonton video lucu.
- Lakukan pijat/urut.
- Ungkapkan perasaan Anda pada suami/istri, jangan dipendam sendiri.
- Penyakit Bayi Setelah Liburan
Apa yang harus diperiksa dalam kemasan cemilan anak?... read more
Boleh saja, pamer bekal makanannya dengan teman-teman sebaya. Tapi jangan lupa, anak-anak juga harus tahu cara berbagi bekal dengan teman.... read more
Peningkatan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di kalangan anak-anak sekolah dan asrama kembali merebak. Mulai dari Mumps, Varicella, Hepatitis A, hingga Hand Foot Mouth Disease. ... read more
Berdasarkan Survei Diet Total tahun 2020, sekitar 66,8 persen anak Indonesia masih mengkonsumsi sarapan berkualitas gizi rendah. ... read more