T:
Kami didiagnosa kurang subur oleh dokter. Lalu bagaimana?
J: Infertilitas adalah “pasangan suami istri yang sudah menikah satu tahun dan melakukan hubungan seksual rutin 2-3 kali seminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi apa pun, tetapi belum hamil juga” (Djuwantono, 2008).
Bila Anda mengalaminya, dokter akan memberikan sejumlah pilihan agar bisa hamil. Pertama, menempuh cara-cara alami seperti:
1. Mengubah teknik hubungan seksual dengan memperhatikan masa subur.
2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
3. Menghitung minggu masa subur dan
4. Membiasakan pola hidup sehat.
T: Jika cara-cara itu belum berhasil juga, bagaimana?
J: Silakan menempuh terapi medis berdasarkan ilmu kedokteran untuk meningkatkan peluang hamil. Diagnosa dan penyebab infertilitas harus ditegakkan terlebih dulu lewat pemeriksaan berikut:
• Anamnesa umum dan khusus.
• Pemeriksaan fisik umum (tanda-tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan).
• Pemeriksaan laboratorium dasar (darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar , ginjal dan gula darah).
• Pemeriksaan penunjang (ronsen, USG).
• Pemeriksaan khusus, pada wanita berupa pemeriksaan ovulasi (suhu basal, vaginal smear, endometrium, hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol), pemeriksaan lendir serviks dan pemeriksaan tuba. Pemeriksaan khusus pada pria adalah pemeriksaan sperma.
T: Pilihan terapi apa saja yang tersedia di Indonesia?J: Ada beberapa, mulai dari yang paling tidak invasif hingga yang invasif dan berbiaya cukup besar. Dokter Anda musti memaparkan semua pilihan, disesuaikan dengan kondisi Anda. Berikut ini daftar terapinya, mulai dari yang paling tidak invasif:
• Terapi obat (pil, injeksi) jika infertilitas disebabkan faktor hormonal. Tujuannya mengembalikan keseimbangan hormonal agar sistem reproduksi normal lagi. Inseminasi buatan, jika sperma butuh bantuan untuk membuahi sel telur.
• Pembedahan, untuk kasus tuba falopi tersumbat, endometriosis, kista ovarium, tumor rahim dan kecacatan organ reproduksi. Pada banyak kasus, tidak diperlukan.
• Teknologi Reproduksi Dibantu (Assisted Reproductive Technology)
Untuk jumlah sperma rendah, tuba falopi tersumbat, atau sudah mencoba terapi lain tapi gagal. Pilihan yang tersedia di Indonesia menurut situs Indonesian Reproductive Science Institutes (IRSI) di RSIA Bunda, Jakarta, antara lain: In Vitro Fertilization (IVF), Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI), IMSI (Intracytoplasmic Morphologically-selected Sperm Injection), AH (Assisted Hacthing) dan Vitrification and Warming Oocyte, Embryo and Blastocyst.
T: Penyebab ketidaksuburan kami tidak diketahui. Apakah kami masih punya harapan? J: Masih. Biasanya dicoba terapi yang paling tidak invasif, yaitu obat-obatan. Namun menurut Dr. Said T. Daneshmand, MD, FACOG, dari The Fertility Center, Los Angeles, AS, pemberian terapi obat-obatan pada calon ibu, tidak akan dilakukan sebelum suaminya menjalankan pemeriksaan semen atau sperma.
T: Seberapa besar peluang hamil berkat terapi kesuburan? J: Peluang keberhasilan berbeda-beda, tergantung kasus dan kondisi suami-isteri (umur, status nutrisi, riwayat kesehatan dan lain-lain). Peluang keberhasilan secara umum seperti dilansir babycenter.com adalah: terapi obat-obatan 40-45%, IVF 35%, ICSI 35%, GIFT 25-30%, ZIFT 36%. Untuk pembedahan, peluang keberhasilan sangat tergantung kasus.
T: Apa benar terapi kesuburan memaka waktu bertahun-tahun?.
J: Butuh waktu bertahun-tahun biasanya karena pasangan mencoba cara alami terlebih dulu. Lalu karena gagal, mereka mencoba metode non-invasif. Jika ternyata belum berhasil juga, baru mengupayakan terapi metode invasif. Sehingga total waktu yang dibutuhkan bisa setahun lebih. Padahal jika menilik waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing terapi, tidak sampai bertahun-tahun. Misalnya untuk satu siklus IVF dibutuhkan waktu 4-6 pekan.
T: Teman saya hamil justru setelah stop terapi kesuburan. Kok, bisa? J: Ya, itu bisa terjadi. Misalnya, setelah terapi obat 6 bulan lalu berhenti karena berbagai faktor, pada bulan ke-8 setelah berhenti ibu hamil. Penyebab keberhasilan diduga faktor hormonal. Ada obat-obatan hormon yang bekerja optimal setelah beberapa waktu. Selain itu, para dokter menduga hal ini berkaitan dengan sikap pasrah dan relaks calon ibu, yang justeru dapat memengaruhi keseimbangan hormonal, yang akhirnya menghasilkan kehamilan. Allen Morgan, MD, Direktur Shore Institute for Reproductive Medicine di Lakewood, New Jersey, AS, mengajukan tiga teori:
1. Ketika ibu pasrah, relaks, dan tidak stres lagi, terjadi penurunan kadar hormon kortisol atau epinefrin di tubuh ibu yang dapat membantu terjadinya ovulasi.
2. Penurunan stres dapat membantu meningkatkan produksi sejumlah zat protein di uterus yang membantu keberhasilan implantasi embrio.
3. Penurunan stres meningkatkan aliran darah ke rahim yang akan mempengaruhi keberhasilan konsepsi.
T: Apakah kehamilan hasil terapi kesuburan membutuhkan perawatan ekstra?
J: Karena kehamilannya sulit didapat, maka sebutannya “bayi mahal” atau precious baby, sehingga orangtua cenderung lebih cemas dan over protective. Tim Child, MD, Direktur Medis Unit Fertilitas Oxford di University of Oxford, UK, menyatakan hal itu dapat dipahami. Secara medis, memang kehamilan berkat program kesuburan, khususnya IVF, membutuhkan perawatan ekstra. Apalagi jika usia calon ibu di atas 40 tahun, atau calon ibu mengandung janin kembar
(BDH/ERN)Baca Juga: 13 Cara Cepat HamilTerapi Akupunktur Untuk KesuburanJangan Gengsi Tes Kesuburan