8 Rekomendasi IDI untuk Pencegahan Monkeypox

 

Foto: dok.Shutterstock

 
Monkeypox (cacar monyet) merupakan salah satu penyakit yang saat ini tengah mendapatkan perhatian dan perbincangan di tengah masyarakat. Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, kemunculan infeksi cacar monyet dilaporkan oleh beberapa negara tanpa riwayat endemi cacar monyet sebelumnya. 

Sejak awal Mei 2022, beberapa negara melaporkan kasus Monkeypox yang terjadi pada pasien tanpa riwayat bepergian ke daerah Afrika Barat atau Afrika Tengah, daerah dimana terjadi endemik virus Monkeypox. 

World Health Organization (WHO) menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global pada Juli 2022. Menurut Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir oleh bbc.com, wabah cacar monyet telah menyebar dengan sangat cepat dan dia memutuskan bahwa hal ini menjadi kekhawatiran dunia. Penetapan darurat kesehatan global akan membantu percepatan pengembangan vaksin serta berbagai penerapan langkah guna membatasi penyebaran virus.

Monkeypox, atau cacar monyet, adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) dengan dua moda transmisi yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia. 

Transmisi virus Monkeypox dari hewan ke menusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan. Selain itu, kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar juga disebutkan dapat menyebabkan penularan virus Monkeypox. 

Transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi Monkeypox, kontak tidak langsung dengan media yang terkontaminasi virus Monkeypox seperti baju, kain, seprai dari pasien yang terinfeksi Monkeypox, dan kontak dengan droplet atau sekret pernapasan dari pasien yang terinfeksi Monkeypox. Laporan kasus menyebutkan adanya transmisi vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi Monkeypox pada janin. 

Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark, ketika terdapat dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan Monkeypox. Penyakit ini mengenai manusia pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo dan menyebar secara sporadis di daerah Afrika Tengah dan Afrika Barat. 

Wabah Monkeypox pernah dilaporkan pada negara non-endemis sebelumnya pada tahun 2003, dimana didapatkan kasus Monkeypox pertama di luar Afrika, yakni di Amerika Serikat, yang menyebabkan lebih dari 70 kasus. Pada tahun 2017, Nigeria mengalami wabah dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.

Pada awal Mei 2022, WHO mendapatkan laporan kasus Monkeypox yang terjadi di negara non-endemis, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Hingga 29 Juli 2022, telah terdapat 76 negara yang melaporkan kejadian Monkeypox di seluruh dunia, dengan total kasus konfirmasi Monkeypox 22.485 kasus di seluruh dunia, dimana 22.141 kasus terjadi di negara non-endemis. Amerika Serikat mencatat angka kasus Monkeypox tertinggi yakni sebesar 4.906 kasus. Di ASEAN, hingga akhir Juli 2022, Singapura telah melaporkan 11 kasus konfirmasi, Thailand melaporkan 2 kasus konfirmasi, dan Filipina melaporkan 1 kasus konfirmasi. 

Di Indonesia, hingga Agustus 2022, belum terdapat kasus konfirmasi infeksi Monkeypox, namun pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus tetap waspada. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) membentuk satuan tugas (satgas) Monkeypox guna merespon ancaman kesehatan global tersebut. 

Dalam acara konferensi pers yang diselenggarakan oleh PB IDI terkait pembentukan Satgas Monkeypox yang diberlangsung Selasa (2/8/2022), berikut 8 rekomendasi PB IDI dan Satgas Monkeypox untuk masyarakat: 
1/ Mengurangi risiko penularan dengan selalu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker dan menjaga higienitas tangan. 
2/ Hindari kontak langsung dengan hewan penular Monkeypox yang diduga terinfeksi Monkeypox, seperti hewan pengerat, marsupial, primata non-manusia (baik hewan mati atau hidup).
3/ Biasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar.
4/ Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanannya kepada tenaga kesehatan.
5/ Jika seseorang mengalami ruam, disertai demam atau gejala klinis mencurigai infeksi Monkeypox, segera hubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat. 
6/ Jika seseorang mengalami gejala dan memenuhi kriteria suspek, probable, dan konfirmasi segera isolasi diri hingga gejalanya menghilang dan tidak melakukan kontak erat dengan orang lain selama periode infeksius. Selama periode ini, pasien bisa mendapatkan perawatan suportif untuk meringankan gejala Monkeypox.
7/ Pada ibu hamil yang mengalami kontak dengan pasien Monkeypox dapat segera melakukan pemeriksaan di rumah sakit untuk mencegah penularan kepada janin.
8/ Masyarakat dihimbau secara sukarela memberikan informasi yang jujur apabila mengalami gejala Monkeypox ataupun memiliki kontak dengan pasien Monkeypox. 

Artikel ini juga tayang di www.femina.co.id

 



Artikel Rekomendasi