Foto: dok.Freepik.
Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau disebut juga Acute Kidney Injury (AKI) yang meningkat tajam, khususnya pada golongan anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Peningkatan kasus ini berbeda dengan sebelumnya, dan penyebab masih dalam penelusuran serta penelitian saat ini.
“Untuk sementara ini, penyebabnya masih belum diketahui,” ujar dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, juru bicara Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam konferensi pers online beberapa waktu lalu.
Benarkah Berkaitan dengan Covid-19?
Hingga 18 Oktober 2022 kemarin, jumlah kasus AKI sepanjang tahun 2022 (melonjak di akhir Agustus hingga Oktober 2022) dilaporkan sebanyak 206 kasus dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak atau 48% dari kasus. Sedangkan, angka kematian pasien yang dirawat di RSCM (rumah sakit rujukan nasional untuk AKI dari seluruh Indonesia) mencapai 65% dari total kasus yang masuk dan ditangani.
Sempat beredar kegelisahan masyarakat bahwa AKI berkaitan dengan Covid-19. Namun dari hasil penyelidikan, tidak ada bukti hubungan kejadian AKI dengan vaksin maupun infeksi Covid-19 . “Gangguan AKI ini umumnya menyerang anak berusia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi Covid-19 belum menyasar anak berusia 1-5 tahun,” ujar dr Syahril.
Sedangkan kaitan AKI dengan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children) Covid-19 juga sedang didalami.
Banyak Pihak Dilibatkan dalam Penyelidikan
Selama penyelidikan kasus AKI – terutama berkaitan dengan dugaan obat cair maupun sirup sebagai salah satu pencetus gangguan ginjal akut progresif – Kemenkes bersama BPOM melibatkan pula ahli epidemiologi, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), farmakolog dan Puslabfor POLRI. Tim penyelidik melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan, peneliti juga mengumpulkan sisa sampel obat yang dikonsumsi oleh pasien untuk mencari potensi penyebab AKI. “Saat ini Kemenkes dan BPOM masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif termasuk kemungkinan faktor risiko lainnya. Ini dalam rangka, meneliti dugaan-dugaan terkait obat-obatan tertentu,” tegas Syahril.
Oleh karena itu, diimbau pada para orang tua yang berkonsultasi ke tenaga kesehatan dengan kecurigaan adanya gangguan ginjal pada anak, sebaiknya membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi pasien sebelumnya, dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.