Jangan Anggap Enteng Anak yang Mimpi Buruk!

 

Foto: Pexels/Photo by Wilphoto 

Kualitas tidur yang baik akan berperan besar terhadap fungsi kognitif dan emosional anak. Dilansir dari MayoClinic, bila anak memiliki istirahat yang baik, konsolidasi memori dan pemulihan tubuhnya juga akan bekerja dengan baik. Hasil akhirnya, kondisi tubuh dan mental anak akan lebih segar dan siap menghadapi tantangan hidup selanjutnya. 

Namun, bagaimana jika pola tidur anak terganggu oleh hal-hal tak terduga di tengah proses istirahat?

Oh, ini yang namanya sleep terror?

Apakah anak Bunda/ Ayah sering terbangun pada tengah malam? Bisa jadi ini adalah sleep terror! Kejadian ini merupakan salah satu dari gangguan tidur yang biasanya ditandai dengan anak ketakutan dalam tidur, berteriak, menendang, panik, bahkan tangannya menggapai-gapai. 

Episode sleep terror dapat berlangsung sekitar 10 hingga 40 menit setelah melewati fase tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement); fase tidur tenang yang ditandai dengan berkurangnya gerakan dan responsivitas tubuh. 

Selama fase ini, anak akan berada dalam fase tidur yang membuatnya sulit dibangunkan. Sehingga saat anak mengalami sleep terror, ia juga tidak akan mengingat episode atau mimpi buruk yang membuatnya terbangun.

Berbeda dengan mimpi buruk biasa

Menurut kriteria "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5)", sleep terror  dapat terjadi berulang kali. Saat mendapatkan gangguan ini, anak bisa tiba-tiba terbangun atau tidak responsif saat mengalaminya.
Ini berbeda ketika anak hanya mengalami mimpi buruk, yang bisa langsung dibangunkan oleh orang tuanya. Selain itu, anak yang mengalami mimpi buruk biasanya masih mengingat mimpi yang membuat mereka terbangun.

Sementara saat mengalami sleep terror, anak dapat mengalami hilang ingatan. Ketakutan anak pun terkesan tak beralasan dan membuatnya kerap mengalami tekanan signifikan dalam kehidupan.

Apa penyebabnya?

Dokter anak dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A dalam webinar IDAI berjudul "Gangguan Tidur dan Night Terror pada Anak" beberapa waktu lalu menyampaikan, hingga saat ini para ahli belum mengetahui secara pasti apa penyebab sleep terror.

“Namun bisa jadi, karena adanya incomplete arousal dari fase tidur NREM. Jadi, anak belum terbangun dengan sempurna. Hal ini berhubungan kuat dengan demam, aktivitas fisik berlebih, konsumsi kafein, dan kelelahan,” ujarnya. 

Pada pemaparannya, Eva menyebut pada anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder) dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) berpotensi sekitar 40-80% memiliki gangguan tidur. Hal ini terjadi karena tubuh mereka memproduksi melatonin lebih sedikit dibanding dengan anak non-disabilitas. 

Berikut cara mencegahnya

Faktanya, tidak ada terapi khusus untuk menangani sleep terror selain menenangkan anak saat kejadian. Namun, frekuensi episode sleep terror bisa ditekan dengan penerapan sleep hygiene yang baik. Misalnya, dengan membuat kamar tidur yang nyaman, meredupkan cahaya di kamar, dan membuat suasana tenang/ tidak bising sehingga anak memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Selain itu, hindari juga konsumsi kafein saat dekat waktu tidur. Minuman mengandung kafein seperti teh, soda, maupun kopi,  dapat merangsang otak anak tetap terjaga ketika tidur.

Jika anak tetap mengalami sleep terror pada malam hari, orang tua juga bisa menerapkan scheduled awakening

“Caranya, bisa dilakukan dengan membangunkan anak 15-20 menit di waktu anak biasa terbangun. Kemudian tenangkan anak hingga tertidur kembali. Ini bisa membuat anak terbangun secara spontan tanpa teror dan memperbaiki konsolidasi tidur,” lanjut Eva.

Jadi, orang tua tidak perlu khawatir lagi ya jika anak masih kerap terbangun saat malam hari!

Penulis: Ghina Athaya

Baca juga:

Bunda Kewalahan? Coba Strategi Tap In Tap Out
Lusa Program Cek Kesehatan Gratis Dimulai. Siap-siap Yuk Bun!
Manfaatkan Imajinasi Anak Untuk Atasi GTM


 

 


Topic

#SleepTerror #GangguanTidur



Artikel Rekomendasi