Ciri-ciri Tantrum yang Tidak Normal
Apakah tantrum terjadi terlalu sering? ... read more
Anak-anak harus belajar untuk disiplin. Bahkan, di tengah kondisi kita harus lebih banyak diam di rumah karena pandemi Covid-19 ini, disiplin harus dijalankan. Kedisiplinan membantu mereka menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, serta bisa membuat pilihan yang lebih baik. Disiplin adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka mendatang. Oleh karenanya, sangat penting bagi orang tua untuk melatih anak-anak agar tumbuh menjadi disiplin.
Bila anak-anak terbiasa untuk menjadi disiplin di rumah, mereka juga akan melakukannya di sekolah, tempat les, bahkan di pekerjaannya kelak. Berkaitan dengan itu, pembelajaran tentang disiplin memang harus dimulai dari rumah, dan dengan bantuan orang tua.
Nah, untuk menjadi disiplin, seseorang perlu mengenal aturan dan konsekuensi. Jika mereka tidak mengikuti aturan, maka mereka akan mendapatkan konsekuensi, begitu prinsipnya. Akan tetapi, sayangnya, orang tua sering kali hanya berhenti di membuat aturan, namun luput dalam menegakkannya. Inilah yang disampaikan oleh Amy Morin, L.C.S.W., psikoterapis dewasa dan anak dari Northeastern University, Boston, Massachusetts, AS.
Orang tua sendiri justru sering tidak menerapkan konsekuensi saat anak melanggar aturan. Menurut Amy, hal tersebut dikategorikan sebagai kesalahan orang tua dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak-anak.
Amy menuturkan ada beberapa kekeliruan yang sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk memberikan konsekuensi pada anak-anak saat mereka melanggar aturan, di antaranya:
1. Merasa Iba karena Memandang Mereka Sudah Tertekan
Orang tua kadang merasa iba ketika melihat anak-anak mengalami hal sulit seperti terlalu lelah bersekolah. Tentu saja tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya kesulitan.
Akan tetapi, membiarkan mereka berperilaku tidak baik dengan alasan tersebut tidak akan menjadi solusi. Amy menuturkan, “Anak-anak yang stres membutuhkan disiplin lebih dari sebelumnya untuk membantu mereka merasa aman.” Justru, menurut Amy ketika Anda memberikan konsekuensi artinya Anda menunjukkan pada mereka bahwa Anda dapat menjaganya tetap aman dengan menetapkan batas.
2. Merasa Terlalu Keras Kepadanya Kemarin
Misal, alih-alih tidur malam, anak-anak malah masih asik di depan TV dan tidak mau masuk kamar. Begitu juga ketika tiba waktu belajar, ia malah bermain game di gadget. Untuk itu, Anda memberinya konsekuensi berupa pencabutan hak istimewa atau pun time out. Anda barangkali merasa bahwa Anda bersikap terlalu keras padanya kemarin lantaran ia tidak menjalankan jadwal yang sudah disepakati.
Perasaan bersalah dan iba tersebut pada akhirnya membuat Anda berniat mengurungkan hukuman yang akan Anda berikan hari ini. “Jika Anda menawarkan disiplin keras sebelumnya, itu tidak berarti Anda tidak boleh mendisiplinkannya sekarang. Sangat penting bahwa Anda konsisten dengan disiplin,” ujar Amy.
Amy menyebut bahwa ketika Anda menunjukkan inkonsistensi, anak-anak akan bingung. Justru, hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan masalah perilaku. “Jadi, bahkan jika Anda agak keras kemarin, tunjukkan pada anak Anda bahwa Anda masih akan menegakkan aturan hari ini,” pungkas Amy.
3. Terlalu Lelah Menghadapinya
Ada hari di mana Anda merasa terlalu lelah untuk menegakkan aturan. Anda nampak seperti kehabisan tenaga untuk memastikan si kecil menjalankan konsekuensinya. Alhasil, Anda pun membiarkan tindakannya hari ini dan berpikir bahwa Anda bisa memberikan konsekuensi untuknya di lain waktu.
Ayo, konsekuensi tidak untuk ditunda. Dengan membiarkan saat ini namun memberikan konsekuensi di lain waktu saat ia melakukan pelanggaran yang sama, anak-anak akan berpikir bahwa hal tersebut adalah sebuah ketidakadilan. Di samping itu, anak-anak jadi tidak punya panduan mengenai hal mana yang disebut sebagai pelanggaran.
Kumpulkan tenaga ekstra Anda untuk memperbaiki masalah perilaku itu sekarang. “Pikirkan energi yang Anda masukkan sekarang sebagai investasi yang akan terbayar nanti,” tutur Amy.
Konsekuensi dibutuhkan untuk membuat anak-anak belajar 'sebab-akibat' sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik di kemudian hari.
(LELA LATIFA)
Apakah tantrum terjadi terlalu sering? ... read more
Cipatkan sikap patuh pada anak dengan cara berikut ini... read more
Cari tahu! Cara Anda mendisiplinkan anak sudah benar atau justru salah... read more