Jika selama sebulan anak Anda tetap merasa takut, menangis, berteriak, sakit perut dan tak berselera makan, kemungkinan mereka mengalami trauma atau luka batin. Trauma merupakan reaksi cemas yang berkepanjangan, lebih dari satu bulan, akibat suatu peristiwa yang tak biasa dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini tips jika cerita berbuntut trauma:
1. Dengarkan dan pahami. Psikolog dan penulis buku
How to Discipline with Love, D
r. Fitzhugh Dodson, menawarkan teknik umpan balik ini.
- Dengarkan seksama apa yang dikatakan anak, jangan disela atau diinterupsi.
- Rumuskan apa yang diungkapkan anak.
- Utarakan kembali kepadanya perasaan-perasaan yang baru saja diungkapkan kepada Anda dengan bahasa Anda. Dengan begitu anak merasa dimengerti bahwa perasaan cemas dan takutnya adalah hal yang wajar dialami dan dapat diterima oleh orang tua.
2. Berikan pemahaman. Setelah memahami apa yang menjadi kegelisahan anak, orang tua dapat meluruskan salah persepsi anak yang menjadi sumber ketakutan dan kecemasannya. Misalnya, ibaratkan cerita film dengan ketika Anda dan dia bermain drama menjadi bajak laut, atau menjadi kelinci dan buaya. Semua cerita itu adalah rekayasa Anda berdua, bukan sungguhan. Begitu pula apa yang ia lihat di televisi seperti film horor atau film lainnya. Yang terpenting dalam memberi penjelasan adalah, gunakan bahasa sederhana dan dapat dimengerti anak.
3. Beri contoh konkrit. Jika anak tampak masih sulit mencerna penjelasan, berikan contoh yang konkrit. Misalnya, jelaskan bahwa wujud hantu yang dia lihat di televisi sebenarnya adalah rekayasa pembuatnya dengan menggunakan kain putih. Ambil sehelai kain putih dan kenakan seperti hantu. Kemudian tanyakan apakah ia merasa takut, jika mengetahui bahwa yang berada di balik kain putih adalah Anda, ibu atau ayah tercintanya.
4. Temui ahli. Jika ketakutan atau kecemasan anak berkelanjutan dan terasa mengganggu, Anda dapat menemui ahli, seperti psikolog anak yang dapat membantu anak mengatasi rasa takut dan cemasnya yang berlebihan. (me)
Baca juga: