Walau sepintas kotor, boleh saja anak bermain pasir. Dengan bermain pasir, anak dapat belajar bermacam hal. Agar manfaatnya maksimal, Anda dapat membantunya dengan:
- Bicarakan apa yang sedang dilakukan anak. Anda dapat berperan sebagai 'penerjemah’ kegiatannya saat anak bermain. Apa yang Anda lakukan ini menambah kosa kata baru, seperti: campurkan, aduk, ratakan, tambahkan, gali terus sampai dalam, dan sebagainya.
- Ajukan pertanyaan terbuka yang menuntut jawaban panjang, tak sekadar “ya” dan “tidak”. Ucapkan, “Coba cerita, apa yang kamu buat?” Tunggu jawaban anak, kemudian bertanya lagi. Dengan cara ini Anda tahu apa yang sedang dipikirkan anak
- Bantu anak memperluas jenis permainan. Perhatikan ketika anak bermain untuk melihat tipe permainannya. Apakah bermain pura-pura, fungsional, atau konstruktif. Kemudian pikirkan, kira-kira bagaimana mengubah tipe permainan yang dilakukan anak. Misalnya, ia hanya menyendok-nyendok pasir dan memindahkannya (fungsional). Tanyakan, “Coba bikin garasi. Tuh, mobilnya belum punya tempat.”
- Ciptakan situasi belajar. Masukkan dua sendok pasir basah ke dalam kantong plastik dan dua sendok pasir kering ke dalam kantong plastik lain. Minta anak memegang kedua kantong itu masing-masing di satu tangan. Tanyakan padanya, mana yang lebih berat. Mengapa lebih berat. Biarkan anak menjawab. Tunjukkan bahwa kegiatan tanya jawab sangat menyenangkan.
Bermain pasir dapat dilakukan anak usia yang lebih muda, namun membutuhkan pengawasan lebih intensif dibanding pada anak usia prasekolah. Karena pasir berbahaya jika sampai termakan atau masuk ke mata anak. Untuk mencegahnya, berikan penjelasan mengenai dampak tertelan atau mata terkena butiran pasir jika anak melempar atau menuangkan pasir dengan cara tidak hati-hati. Jelaskan aturan mainnya, dan lakukan pengawasan jika perlu.