Dok. Freepik
Baru-baru ini CDC (
Centers for Disease Control and Prevention atau
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) mengumumkan bahan kimia yang umum terdapat pada wadah makanan dan kemasan kosmetik yang memicu terjadinya kelahiran permatur (di bawah usia 37 minggu kehamilan).
Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal
The Lancet Planetary Health bulan Februari tahun 2024 ini, yang didasarkan hasil penelitian terhadap 56.595 kelahiran prematur dalam setahun di Amerika Serikat.
Phtalate Biang Keladi Kelahiran Prematur
Dilansir dari laman WebMD, berdasarkan penelitian, bahan kimia
phthalate yang menjadi biang keladi kelahiran prematur tersebut, teridentifikasi saat dilakukan tes urine pada 5.000 ibu-ibu hamil di Amerika Serikat.
Phthalate,
khususnya jenis DHEP (
Di-ethylhexyl phthalate), selama ini diketahui berdampak pada fungsi hormonal yang dapat memengaruhi proses dalam tubuh manusia. Namun, bahan ini kerap digunakan dalam produk plastik untuk menambah fleksibilitas produk, di antaranya dalam produk pelapis furnitur, kemasan kosmetik, wadah makanan, mainan anak, sampo, sabun, deterjen, dan masih banyak lagi.
"Kami meyakini, kelahiran prematur sangat terkait dengan
phtalate, apalagi semakin banyak bukti bahwa bahan kimia ini menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan manusia," ungkap
Leonardo Trusande, MD, ketua tim peneliti yang juga Profesor Ilmu Kesehatan Anak di NYU Grossman School of Medicine.
Langone juga menjelaskan bahwa peneliti mencurigai
phtalate sebagai penyebab terjadinya kelahiran prematur yang mencapai angka 10% dari total kelahiran per tahun di Amerika. Hal ini disebabkan bahan kimia
phtalate dapat memicu inflamasi, stres oksidatif, dan gangguan endokrin yang berisiko menyebabkan komplikasi pada kehamilan juga plasenta.
Didukung dengan temuan kandungan
phtalate dalam urine para ibu hamil yang setara dengan kandungan
phtalate dalam urine wanita usia subur (dari penelitian sebelumnya), peneliti kemudian mengambil kesimpulan bahwa bahan kimia ini wajib menjadi 'perhatian serius' bagi pemerintah.
Peneliti juga mengingatkan produsen kemasan makanan dan juga kemasan plastik yang terkait dengan ibu hamil dan wanita usia subur, untuk menggunakan bahan alternatif atau mempertimbangkan penggunaan
phtalate dalam produk mereka.
DINCH Sebagai Alternatif Pengganti Phtalate?
Penelitian yang berbeda oleh tim peneliti Medical University of South Carolina (MUSC) dan National Institute of Standards and Technology (NIST), dilansir dari nist.gov, menemukan bahwa
phtalate dapat mengganggu sistem hormonal dan endokrin pada wanita, dapat menyebabkan keguguran, infertilitas, hingga kelahiran prematur.
Tak berhenti sekadar menemukan penyebab gangguan kehamilan dan kesuburan pada wanita akibat
phtalate, tim peneliti juga meneliti bahan alternatif pengganti
phtalate yakni DINCH (
di(isononyl)cyclohexane-1,2-dicarboxylate) dan dampaknya pada 100 orang wanita hamil sejak tahun 2011 hingga 2014.
Saat peneliti mengomparasi kandungan
phtalate dengan DINCH, dalam urine wanita hamil, ternyata walau terdapat DINCH dalam urine mereka namun tidak ada bukti bahan ini berdampak terhadap hormon
progesteron dan
estrogen. Peneliti juga menyimpulkan bahwa kadar DINCH dalam urine wanita hamil relatif rendah dibanding
phtalate. Salah satu alasan DINCH tidak berdampak pada sistem tubuh manusia, karena DINCH akan terurai dalam tubuh manusia dan menjadi bahan bernama metabolit yang relatif mudah dikeluarkan melalui urine.
DINCH sendiri sebenarnya sudah banyak digunakan oleh industri alat kesehatan, mainan dan kemasan makanan sejak tahun 2002.
Baca juga:
Retinopathy of Prematurity, Gangguan Mata pada Bayi Prematur
ASI Penuh Cinta untuk Bayi Prematur
Plastik BPA Penyebab Sulit Hamil?