Mengenal Couvade Syndrome, Sindromnya Para Calon Ayah
Yang hamil bunda, tapi calon ayah ikut merasakan gejala kehamilan. Kok bisa?... read more
Tahu banyak tentang kehamilan malah mengundang stress. Apalagi kalau suka membandingkan diri dengan orang lain
Sabtu pagi di ruang senam hamil, saat bidan sedang membahas pijat bayi lewat tayangan video, seorang ibu buru-buru mengangkat tangan. Ia berujar, “Pijat bagian perut, gerak tangan membentuk I-love-you.”
Ucapan ibu itu disambut dengan tatapan cemburu,” Uh, pamer pengetahuan,” gumam peserta lain.
Akibat cemas, cari banyak info. Mereka yang pertama kali hamil jelas happy. Segunung rasa ingin tahu mereka terhadap perubahan diri dan perkembangan si janin. Tapi di saat yang sama, tumbuh pula kecemasan dalam diri calon ibu. Bahkan bagi yang hamil kedua, ketiga dan seterusnya. Ini normal, apalagi jika pernah mengalami hal kurang menyenangkan pada kehamilan sebelumnya.
Rasa cemas, kuatir tak menentu mendorong para ibu mencari info sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber: majalah, buku kehamilan, internet. Selain itu juga ikut berbagai seminar kehamilan, kelas renang, yoga dan spa serta perawatan kecantikan ibu hamil. Tentu saja semuanya baik.
Pengetahuan saja tak cukup. Sayangnya, pengetahuan yang cukup bahkan membludak, justru membuat ibu jadi tambah cemas dan terlalu khawatir. Di sisi lain, tak jarang ibu yang kaya informasi tampil menjadi “si ibu pintar dan super”. Ibu macam ini nampak suka pamer kehamilan di ruang senam hamil, di kantor atau di ruang tunggu dokter. Ibu lain yang sedang cemas dan kurang info jadi semakin kurang pede ....
Pertanyaan-pertanyaan seperti “Normalkah kehamilan saya?”, “Sudah sempurnakah saya sebagai ibu?” atau “Apakah saya bisa melahirkan normal?” dan seterusnya, membayangi setiap ibu yang sedang menantikan kelahiran buah hatinya. Jawaban bisa segera didapat, tapi tak lantas membuat hati tenang.
Faktor eksternal. Selain faktor diri sendiri, faktor lingkungan juga bisa menjadi penentu. Komentar orang tua, mertua, ipar, tetangga dan teman bisa menigkatkan derajat kecerdasan calon ibu. Komentar seperti, “ Sudah 25 minggu, kok, perutmu masih kecil ?” atau “Aduh, kamu kurus amat, kasihan si kecil!” . Komentar seperti ini tentu tak harus ditanggapi serius dan terus menerus
Enjoy dan happy. Tak hanya ngidam, “demam panggung” akibat peran baru yang akan diemban juga membuat kompetisi terjadi di antara para calon ayah. Akibat cemas sekaligus exited!
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Hormones and Behavior, ada beberapa penyebab kecemasan itu. Antara lain, kepedulian ayah yang besar dalam merawat dan membesarkan anak, meski si kecil belum lahir. Temuan ini tentu saja berita baik.
Bagi Anda yang sedang mengalami eforia sebagai calon ibu dan ayah, selamat datang ke dunia baru. Bagi Anda yang sedang minder karena komentar “miring” dari lingkungan, tak perlu kesal. Tambahkan pengetahuan Anda atau tanya pada ahlinya. Tentu masa kehamilan harus dinikmati dengan perasaan positif, rasa percaya diri dan tenang. Kalau ada yang menghalau ketenangan Anda, tak perlu gusar. Hadapi saja dengan tenang dan kepala dingin.
Yang hamil bunda, tapi calon ayah ikut merasakan gejala kehamilan. Kok bisa?... read more
Hamil adalah sebuah proses. Proses menyiapkan seorang manusia baru yang akan menjadi penerus keluarga.... read more
Sabar, ya, bumil hal ini pasti akan berlalu.... read more