Foto: Pixabay
Setelah menganalisis lebih dari setengah juta kelahiran di Australia, para peneliti mengatakan jenis kelamin bayi berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
"Jenis kelamin bayi memiliki hubungan langsung dengan komplikasi kehamilan," kata penulis studi pertama, Dr. Petra Verburg, dari Robinson Research Institute of University of Adelaide di Australia dilansir oleh HealthDay News.
Bayi laki-laki lebih mungkin dilahirkan lebih awal/prematur, yang menyebabkan bayi mengalami lebih banyak masalah kesehatan. Ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki memiliki kemungkinan diabetes selama kehamilan (diabetes gestasional), serta preeklampsia (kondisi tekanan darah tinggi yang serius) ketika siap untuk melahirkan. Meskipun tidak sepenuhnya jelas, faktor genetik dianggap salah satu penyebabnya. Penjelasan potensial adalah bahwa plasenta, organ yang memelihara janin yang sedang berkembang, berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.
"Plasenta sangat penting untuk keberhasilan kehamilan, dan itu merupakan organ yang secara teknis milik bayi, sehingga secara genetik identik dengan bayi," kata rekan penulis studi Claire Roberts, peneliti di Robinson Research Institute.
Dalam penelitian sebelumnya yang melibatkan kehamilan normal, Tim Claire menemukan perbedaan jenis kelamin dari 142 gen dalam plasenta. Para peneliti mengatakan bahwa cacat dalam perkembangan plasenta dan bagaimana plasenta bekerja terkait dengan komplikasi kehamilan. Untuk studi baru, Petra, Claire dan rekan mengevaluasi lebih dari 574.000 kelahiran Australia dari 1981 hingga 2011.
Dibandingkan jenis kelamin perempuan, bayi laki-laki memiliki peluang 27% lebih tinggi untuk kelahiran prematur antara 20-24 minggu kehamilan, 24% risiko lebih besar untuk kelahiran antara 30-33 minggu, dan peluang 17%lebih tinggi untuk kelahiran pada 34-36 minggu. Kelahiran penuh atau cukup bulan menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists berkisar antara 39-41 minggu.
Selain itu, diabetes gestasional sekitar 4% dimiliki oleh ibu hamil yang mengandung anak laki-laki, sementara preeklampsia berada pada angka 7,5% lebih mungkin terjadi pada ibu hamil dengan bayi berjenis kelamin laki-laki. Namun, ibu hamil yang mengandung anak perempuan memiliki risiko 22% lebih tinggi untuk mendapat preeklampsia di awal kehamilan sehingga membutuhkan persalinan prematur. Tetapi penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dan komplikasi kelahiran, bukan hubungan sebab-akibat. "Temuan itu seharusnya tidak mengkhawatirkan calon ibu, tidak peduli apa pun jenis kelamin bayi yang belum lahir tersebut," kata Claire.
Untuk mengurangi komplikasi kehamilan--terlepas apa pun jenis kelamin bayi di dalam kandungan--semua ibu hamil sebaiknya mengonsumsi makanan yang baik dan berusaha mempertahankan berat badan yang sehat sebelum hamil.
"Bahkan jika kehamilan itu tidak direncanakan masih ada kesempatan bagi seorang perempuan untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan. Seorang perempuan dianjurkan berhenti merokok, tidak minum alkohol, dan tetap bugar secara fisik," kata Petra.