Foto: Dok. Ayahbunda
Apa kemungkinan terburuk yang akan suami alami ketika menemani Anda bersalin? Melihat darah di mana-mana dan juga kaget ketika bayi mungil datang ke dunia ini. Ya, ruang bersalin (tempat lahirnya bayi) berbeda dari kamar observasi (ruangan ketika isteri menunggu pembukaan mulut rahim terjadi, mulai 1 cm hingga kira-kira 8 cm). Kalau ruang observasi lebih mirip kamar tidur, maka ruang bersalin ditata sesuai dengan standar medis; dingin, steril, berdinding porselen, bau obat, dan penuh dengan perkakas kedokteran, tentunya menyeramkan bagi orang awam yang jarang masuk ke sana.
Proses lahirnya bayi pun akan disertai dengan keluarnya ketuban, lendir, dan darah yang berbau menusuk membuat tidak semua orang tahan. Jadi, sebaiknya ukur dulu kekuatan Anda sebelum bertekad menemani istri. Jika Anda takut melihat jarum atau tak tahan pada aroma dan penampakan darah--ditandai dengan kepala berputar, tubuh lemas, menggigil, dan pandangan berkunang-kunang, sebaiknya jangan masuk ruang bersalin. Apabila Anda sampai pingsan, selain akan mengganggu konsentrasi istri yang tengah berjuang mengeluarkan bayi, juga akan merepotkan petugas medis.
Alternatif lain mungkin Anda ikut masuk dengan mengenakan masker penutup hidung dan duduk/berdiri di dekat kepala istri. Alihkan perhatian pada wajah istri, bukan kepala bayi. Bila Anda mulai 'bergoyang' tarik napas panjang dan embuskan pelan-pelan, atau bila tak tahan segera silam dari ruangan.
Jika takut tidak kuat, Anda dapat memilih Hypnoterapi. Hypnoterapi adalah terapi khusus untuk mempersiapkan suami dan istri mennjalani proses persalinan. Salah satu bentuk latihannya adalah Anda berdua diajak untuk mendalami karakter masing-masing, dan belajar memahami apa yang dapat Anda lakukan saat istri bersalin, sehingga tidak bingung dan serba salah pada hari penting itu.
Perhatikan 8 tip sukses menemani istri bersalin berikut ini:
1. Ketahui proses dan tahapan persalinan. Pelajari peran Anda dan partisipasi yang bisa Anda lakukan dalam setiap tahapan persalinan.
2. Jaga stamina dan urus diri Anda sendiri (makan, minum, mandi, istirahat), agar tidak ambruk saat menunggu proses persalinan yang panjang dan melelahkan.
3. Tenang dan tidak panik, apalagi jika Anda diminta untuk mengambil keputusan dengan segera oleh dokter atau pihak rumah sakit.
4. Siapkan mental, proses persalinan juga bisa diwarnai drama yang menguras emosi, bahkan kadang-kadang terjadi musibah yang memaksa Anda untuk tetap tegar.
5. Ciptakan suasana relaks karena ketenangan Anda akan menular dan dapat menghilangkan ketegangan istri.
6. Bantu istri sesuai permintaannya, usahakan tidak menolak. Bila Anda lelah, minta izin untuk bergantian dengan pendamping lain misalnya ibu kandung atau saudara perempuan istri.
7. Kuasai teknik-teknik pereda nyeri: mengubah posisi istri, teknik bernapas, relaksasi, pemijatan, kompres panas-dingin, pengalihan pikiran dan hypnobirthing.
8. Dengarkan instruksi dokter. Jangan bengong, fokus pada instruksi dokter misalnya ketika ia meminta Anda membimbing istri mengejan, menggunting tali pusat bayi atau memijat perut istri setelah plasenta lahir. (ab - KAT/BDH/ERN)