Kehadiran 4 anggota keluarga emosi baru harus dihadapi tim Joy dengan lapang dada. Foto: dok. Disney Pixar
Apa jadinya jika seorang anak manusia mulai masuk ke masa pubertas? Mengapa saat masuk masa remaja, anak cenderung menjadi pemberontak dan
moody?
Sutradara ikut belajar soal emosi anak
Menonton film "Inside Out 2", pemirsa diajak menyelami proses perkembangan emosi dari seorang anak yang tengah beranjak dewasa. "Ini adalah sebuah renovasi, seperti itulah yang rasanya menjadi seorang remaja," ujar
Kelsey Mann, Sutradara film "Inside Out 2" yang mengaku telah melakukan riset mendalam juga berkonsultasi dengan psikolog mengenai hal-hal yang terjadi dalam otak manusia sejak menggarap "Inside Out" yang pertama. Dan Kelsey juga belajar dari sudut pandang dua anaknya yang berusia 16 dan 15 tahun. "Saya ikut menyaksikan perubahan yang mereka alami. Terlebih lagi, masa remaja adalah masa yang sulit bagi banyak orang untuk bisa menceritakan hidupnya. Kisah itu menjadi hal yang menarik, bukan?" tambahnya.
Empat emosi baru yang hadir dalam benak Riley, bersaing untuk menentukan masa depan Riley sebagai pemain hoki profesional. Foto: Disney Pixar
Keluarga baru emosi saat masuk pubertas
Kehadiran kembali petualangan para emosi dalam benak Riley Andersen tentu sudah sangat dinanti para penggemar "Inside Out". Setelah sebelumnya sukses mengaduk emosi penonton dengan karakter Sadness (
Phyllis Smith) yang terlihat negatif namun dibutuhkan semua orang, kini hadir beberapa anggota keluarga baru dalam benak Riley.
Dalam sekuel kali ini,
Joy (
Amy Poehler),
Sadness,
Fear (
Bill Hader),
Anger (
Lewis Black) dan
Disgust (
Mindy Kaling) ditantang dengan sesuatu yang baru, setelah semuanya bekerja dengan baik.
Awalnya, Joy sudah menemukan kekompakan keluarga para emosi serta membakukan formula kepribadian Riley menjadi orang yang baik. Namun pada satu ketika, Riley memasuki masa pubertas dan bermunculanlah emosi-emosi baru dalam benaknya.
Para emosi baru tersebut adalah
Anxiety (
Maya Hawke),
Envy (
Ayo Edebiri),
Ennui (
Adèle Exarchopoulos) dan
Embarassment (
Paul Walter Hauser). Keluarga emosi dasar ini pun harus berbagi markas besar serta sistem bekerja dengan 4 emosi baru tersebut. Dan, di sinilah permasalahan dimulai.
Seiring berjalannya waktu, tim
Joy dan tim
Anxiety pun berkonflik karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan masa depan Riley sebagai pemain hoki profesional. Karena konflik ini pun, tim
Joy disingkirkan oleh tim
Anxiety ke penjara pembuangan memori bawah sadar.
Semua emosi harus saling mengisi dan menjalankan peran dengan baik agar kehidupan sosial anak juga berjalan dengan baik. Foto: dok. Disney Pixar
Tonton bersama anak dan remaja
Sebagai film animasi, Inside Out 2 memang film yang dapat dinikmati oleh anak-anak. Namun mengingat isu yang diangkat soal perkembangan emosi saat masuk pubertas, film ini juga layak tonton untuk para remaja dan orang tua.
“Karakter emosi-emosi ini mempersonifikasi perasaan kita akan hal yang sangat luas untuk dijelajahi bersama," ujar
Mark Nielsen, produser film "Inside Out 2" yang sepakat jika film semacam ini dapat menjadi penggambaran emosi yang menarik untuk para penonton mulai dari yang berusia muda hingga dewasa. Film ini juga dapat menjadi cerita yang menguak hal-hal yang semua orang ikut rasakan.
Masih menurut Mark, film ini berpotensi memberikan ruang bagi para remaja untuk membicarakan emosi mereka, seperti bagaimana film sebelumnya yang menjadi wadah untuk orang-orang mengutarakan perasaan mereka.
Buat Bunda dan Ayah yang ingin menonton kisah para emosi ini, film "Inside Out 2" sudah tayang di bioskop-bioskop kesayangan per 14 Juni ini, ya!
Baca Juga:
Kenapa Anak Praremaja Doyan Membantah dan Sulit Diatur?
Keterampilan Sosial Emosional Penting Diajarkan Agar Balita Sehat Mental
4 Pertimbangan Sebelum Mengajak Balita Menonton Film di Bioskop