Ancaman ledakan penduduk di Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010, menuntut semua pihak bekerja sama untuk mencegahnya. Jumlah tersebut naik sebesar 32,5 juta dalam kurun waktu 10 tahun dibanding sensus penduduk tahun 2000 yang berjumlah 205,1 juta. Demikian yang disampaikan oleh
Dr. Sugiri Syarief, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam konferensi pers peringatan hari kontrasepsi dunia 2010, Kamis (23/9) di Jakarta.
Dr. Sugiri menegaskan, perlunya meningkatkan kesadaran program Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk. “Kehadiran berbagai alat kontrasepsi dalam inovasi farmasi, soasialisasinya harus makin ditingkatkan. Sehingga informasinya akan lebih mudah diakses oleh masyarakat luas,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama
Prof. Dr.dr Biran Affandi, Asia Pasific on Contraception (APCOC) Indonesia menyampaikan, pesatnya perkembangan dan kemajuan pil kontrasepsi sayangnya juga diiringi dengan meningkatnya angka kehamilan yang tidak dinginkan dan aborsi di seluruh dunia. “Saat ini angka Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak memakai kontrasepsi di Indonesia masih cukup tinggi, sekitar 10 % (sekitar 5 juta) dari jumlah total PUS,” terangnya. “Untuk itu, perlu terus menerus dilakukan komunikasi informasi edukasi ke segenap lapisan terutama kepada tenaga kesehatan,” lanjutnya.
Meski mengalami penurunan, angka kematian ibu di Indonesia juga masih tertinggi di ASEAN yakni sekitar 226 per 1000 kelahiran hidup. “Jarak kelahiran yang terlalu dekat menjadi salah satu penyebabnya,” jelas dr. Affandi. “Dengan kontrasepsi dan program KB, kelahiran bisa direncanakan dan kualitas kesehatan baik ibu dan janin juga lebih baik,” imbuhnya. (PH subiantoro)