“Ayo, siapa yang berani maju ke depan?” Hampir semua anak angkat tangan, tapi anak Anda tidak.
Lho, kenapa? Apa ia kurang berani? Memang tidak semua balita ‘berbakat’ untuk menjadi berani. Perlu waktu, proses latihan, serta kebiasaan untuk menumbuhkan keberanian pada anak. Namun Anda tidak perlu khawatir. Berikut ini beberapa jenis keberanian yang perlu dimiliki anak dan cara mengajarkannya pada anak.
Berani Berpendapat
Kenapa
yah, anak saya terkesan malu, bahkan tidak mengeluarkan kata-kata sama sekali saat ditanya oleh gurunya. Ada beberapa alasan yang membuat balita kurang berani mengutarakan pendapat, seperti karakternya yang pendiam dan jarang berbicara, gangguan bicara, serta kurangnya stimulasi. Hal yang perlu dilakukan adalah merangsangnya untuk berani mengemukakan pendapat.
Latih anak untuk menentukan pendapat dengan memberikan pilihan. Mulailah dengan yang simpel, misalnya “kita hari ini berenang atau jalan-jalan ke taman,
yah?” Biasanya anak akan menjawab berdasarkan alasannya. Untuk awal, lakukan berdua dulu, kemudian saat bersama kakak atau adiknya, selanjutnya saat bersama teman-temannya.
Jika anak mengalami gangguan bicara seperti gagap atau cadel sehingga malu, bantu ia agar percaya diri. Jika percaya dirinya tumbuh, ia pasti mudah memberikan pendapat.
Berikanlah pujian setiap kali anak mampu menentukan pendapatnya sendiri.
Jangan langsung memberi penilaian terhadap pendapat anak. Cari waktu yang pas dan katakan dengan bahasa yang dimengerti anak mengapa pilihannya kurang sesuai.
Berani Mencoba
Saat anak-anak mecoba permainan ayunan, balita justru enggan mendekati mainan itu. Ia takut untuk mencobanya. Wah, bagaimana ini? Percayalah, ia sebenarnya ingin mencoba, tapi mungkin ia khawatir akan terjatuh, sehingga tidak berani mencoba. Lalu, bagaimana menstimulasinya agar ia berani mencoba?
Tumbuhkan rasa aman terlebih dulu dengan cara mendampingi anak saat ia mau mencoba sesuatu yang baru. Bila perlu, Anda juga terlibat dan dapat memberikan contoh langsung.
Ajak teman-temannya bermain bersama. Minta anak mengamati teman-temannya yang sedang bermain. Selanjutnya, minta ia mencobanya sendiri. Berikan semangat dan pujian untuk mendorong balita lebih berani.
Bila ia belum berani juga, minta anak bercerita mengapa ia tidak mau mencoba. Berikan pengertian, selama ia mengikuti rambu keamanan, ia tidak perlu khawatir.
Tidak memaksakan keinginan pada anak. Ketika balita tidak berani mencoba permainan ayunan, alihkan dengan permainan sejenis yang memberikan manfaat sama seperti perosotan atau jungkat-jungkit.
Berani Tampil
Saat diminta maju ke depan kelas untuk bernyanyi atau bercerita, anak tidak pernah mau. Kenapa, ya? Jangan buru-buru kecewa bila ia tidak mau tampil. Mungkin ia ingin mengobservasi dulu suasana sekitar, mungkin ia gugup
, atau mungkin juga ia tidak tertarik. Dengan pembiasaan dan latihan rasa percaya diri, keberanian untuk tampil akan tumbuh dan berkembang.
Biasakan tampil di acara berskala kecil, misalnya di depan orangtua, saat acara keluarga, atau pesta ulang tahun. Itu akan melatih keberanian anak untuk tampil.
Tampil ramai-ramai, dengan begitu balita akan merasa perhatian orang tidak hanya tertuju padanya. Tampil ramai-ramai juga bisa berarti tampil ditemani ayah dan bunda.
Sebelum tampil, buat semacam gladi resik untuk merinci langkah-langkah yang harus dilakukan anak agar ia menguasai kemampuannya, dari berjalan ke panggung, tersenyum, menyanyi atau menari, mengucapkan terima kasih, dan meninggalkan panggung.
Besarkan hatinya. Jika penampilannya kurang memuaskan, katakan, “Ayah dan Bunda bangga kamu berani tampil di depan banyak orang.” Jika memuaskan, beri ia pujian.
Berani Membela Diri
Saat anak bermain dengan mainannya, tiba-tiba datang anak lain merebut mainannya. Ia hanya terdiam. Anda sebagai orangtua pasti gemas melihatnya. Membalas perbuatan temannya tentu tidak akan menyelesaikan masalah dan malah membuat persoalan baru. Lalu jika hal ini terulang kembali, bagaimana cara mengajarkan balita untuk berani membela diri?
Ajarkan balita untuk berani menegur temannya, misalnya mengatakan, “ini mainanku, kamu bisa main setelah aku selesai, atau kita bisa main bersama.”
Ajarkan balita untuk melibatkan orang di sekitar yang memiliki pengaruh dalam mengatasi perilaku negatif si teman, misalnya guru. Ia bisa bilang, "Kalau kamu pukul aku lagi, aku akan bilang sama ibu guru."
Kenalkan anak pada berbagai karakter orang, misalnya baik hati, suka menolong, suka mencuri, atau pembohong. Ajari juga anak bersikap terhadap masing-masing karakter. Dengan demikian, balita punya bekal dalam menghadapi berbagai karakter temannya.
Selalu luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak sehingga ia akan nyaman dan terbiasa mengungkapkan perasaannya. Jadi, jika suatu saat ia diganggu temannya, ia akan cukup percaya diri untuk mengungkapkan perasaannya secara jujur.
KONSULTASI
ELIZABETH T. SANTOSA, M.Psi, Wellness Development Center, Jakarta
(SAN/ERN)