Bayi Baru Tak Perlu Makanan Prelakteal

 

Foto: shutterstock


Karena takut bayi kelaparan sementara ASI belum berproduksi, petugas kesehatan sering memberi makan bayi baru. Praktik ini bisa menghambat keberhasilan ibu menyusui.

 

Proses kelahiran tidak selalu berjalan sesuai harapan. Terkadang inisiasi menyusu dini (IMD) yang harusnya dilakukan segera saat bayi lahir, tidak terjadi akibat kendala. Tak jarang ASI belum dapat diberikan dalam waktu lebih dari 1 jam. Ini mengkhawatirkan karena bayi akan kelaparan.

 

Di beberapa daerah para pelaku medis yang membantu persalinan justru menyarankan untuk memberi makanan pada bayi baru sambil menunggu ASI keluar. Akhirnya makanan prelakteal diberikan.

 

Dr. Dian N. Hadiharjono, MSc Nutrition Program Manager Helen Keller International (HKI) menyampaikan bahwa di beberapa daerah masih ditemukan kasus bayi yang telah diberikan susu formula sebelum sempat menerima ASI sama sekali. Padahal pemberian makanan atau minuman sebelum bayi menerima ASI nantinya akan mengganggu proses pemberian ASI itu sendiri. 

 

Menurut jurnal Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2014 adaah segala makanan atau minuman yang diberikan pada bayi baru lahir berusia 0 - 28 hari sebelum mendapatkan ASI. Makanan prelakteal ini biasanya berupa air putih, susu formula, madu, air kelapa, pisang atau air tajin yang diberikan satu sampai dua hari setelah bayi lahir. 

 

Membuat bayi malas menyusu

Pemberian makanan prelakteal ini bahaya bagi bayi. Orang sering beranggapan bahwa ini bisa menggantikan kolostrum sebagai makanan bayi paling awal. Padahal ini memberi dampak yangmerugikan bayi. Meski perutnya kenyang, ia kurang gizi karena malas menyusu. Akibatnya kebaikan ASI yang sangat dibutuhkan oleh sel tubuh dan otak bayi tidak terpenuhi dengan baik. 

 

Fakta tersebut didukung oleh UNICEF yang menyebut 60% kematian balita di dunia tahun 2003 rata-rata disebabkan oleh kekurangan gizi, dua pertiga di antaranya terkaitpraktik pemberian makanan yang kurang tepat (Jurnal Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes RI 2014).

 

Selain itu organ pencernaan bayi yang belum terbentuk sempurna tidak siap untuk menerima makanan prelakteal padat seperti pisang atau buah lain di hari-hari pertamanya. Dapat terjadi penyumbatan pada saluran cernanya.

 

Bagaimana dengan susu formula? Makanan alternatif pengganti ASI ini juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi jika diberikan terlalu dini. Bayi bisa mengalami diare, septicemia atau infeksi aliran darah karena bakteri, meningitis, atau kemungkinan yang lebih besar adalah intoleransi protein yang terdapat pada susu formula. Sehingga timbul berbagai jenis alergi. 


Jika ASI belum keluar

Tatalaksana yang tepat adalah dengan tetap melatih bayi mengisap payudara ibu dengan kontak kulit langsung. Sehingga ASI dirangsang untuk keluar, ibu dan bayi merasakan emosi satu sama lain melalui tatapan mata, sentuhan hangat, dan irama jantung ibu. Ini akan merangsang kecerdasan emosi bayi, sehingga ia dapat bertahan selama 2 X 24 jam tanpa makanan, karena ia masih membawa cadangan makanan dari dalam rahim. (ab)


 



Artikel Rekomendasi