Berdasarkan survey kecil yang dilakukan ayahbunda melalui Facebook, 10 dari 20 orang ibu menyaratkan jenis kelamin calon bayi sepersusuan sama dengan bayi ibu pendonor. Empat di antaranya mengutamakan bayi yang seiman, sementara tiga orang ibu pendonor tidak menetapkan prasyarat apapun. Dari fakta ini terlihat bahwa ketika berbagi ASI, riwayat kesehatan calon pendonor belum menjadi perhatian utama.
Mendonorkan ASI prinsipnya sama dengan mendonorkan darah karena ASI berpotensi menularkan penyakit. Banyak ibu yang tidak menyadari di dalam tubuhnya terdapat sejumlah virus yang bisa menular karena kekebalan tubuh orang dewasa lebih kuat. Dari luar tampak sehat, namun tidak ada yang bisa memastikan sampai
screening kesehatan dilakukan.
Pada bayi yang belum memiliki kekebalan tubuh sempurna, virus yang dibawa ASI bisa menginfeksi dan tertular penyakit. Hal ini sebenarnya bisa dihindari bila riwayat kesehatan ibu pendonor ASI diketahui. Niat mulia untuk mendonor ASI juga semustinya disertai dengan kesadaran bahwa nyawa seorang bayi –yang bukan bayi sendiri– menjadi tanggungjawab pendonor. Seorang ibu yang memutuskan ingin mendonorkan ASI-nya perlu melakukan pemeriksaan atau screening kesehatan.