Tahukah Anda, fakta di lapangan menunjukkan, hingga usia 2 tahun sebenarnya bayi belum aman dari bahaya bronkiolitis. Apalagi, jika musim hujan tiba, kasusnya bisa meningkat karena suhu udara yang rendah.
Penyakit yang tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) ini umumnya didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan, serta diikuti gejala batuk pilek. Bila tidak segera ditangani, dalam waktu 3-10 hari batuk pilek dapat berkembang menjadi bronkiolitis yang lebih sulit disembuhkan.
Penyebab bronkiolitis kebanyakan infeksi virus jenis respiratory syncytial virus (RSV), virus parainfluenza, influenza, adenovirus dan rhinovirus. Virus-virus tersebut menyebabkan peradangan pada bronkiolus, yaitu cabang saluran napas paling kecil dan paling ujung, yang berhubungan dengan jaringan paru-paru (alveolus).
“Bronkiolitis adalah penyebab nomor satu atau yang paling bertanggung jawab terhadap 13% anak yang dirawat di rumah sakit pada tahun pertama kehidupannya,” kata Dr. Catherine Karr, asisten profesor pediatri di University of Washington, AS.
Seperti apa gejala bronkiolitis?
- Demam disertai batuk dan pilek.
- Bila tidak sembuh, dalam 2-3 hari batuk bertambah parah, terkadang disertai bunyi “grok grok.”Napas bayi menjadi lebih cepat.
- Si kecil terlihat sulit bernapas dan terkadang napas berbunyi “ngik ngik” (wheezing).
- Nafsu makan menurun. Bayi tampak mengantuk seharian dan kurang bergairah.
- Bila keadaan semakin parah, bibir dan lidahnya tampak kebiruan, bisa juga ujung jari tangan dan kakinya, yang menandakan adanya gangguan suplai oksigen di dalam aliran darah.
Apabila dirawat di rumah untuk bronkiolitis ringan:
- Beri ASI lebih sering untuk mencegah dehidrasi.
- Beri minum air putih atau sari buah - bila bayi sudah mendapat makanan pendamping ASI atau usianya lebih dari 6 bulan.
- Beri makan dalam porsi kecil, sedikit-sedikit tapi sering. Mungkin dia akan terlihat sedikit kesulitan mengatur antara menelan makanan dan menghirup udara.
- Beri obat demam ringan khusus bayi atau anak, sesuai resep dokter. Contohnya, sirup parasetamol.
- Jangan beri obat batuk pilek sembarangan, karena obat tertentu (antitusif atau antihistamin) justru dapat menambah parah penyakit. Berikan obat batuk pilek sesuai anjuran dokter.
Segera ke rumah sakit, bila...
- Bayi tidak mau menyusu.
- Bernapas cepat atau terlihat ada tarikan pada dinding dada bagian bawah sewaktu bernapas.
- Muntah terus menerus.
- Demam lebih dari di atas 39?C dan suhu badannya tidak turun meski sudah diberi obat penurun panas.
- Kulitnya terlihat kebiru-biruan.
- Tampak lemas.
- Terlihat gelisah atau kesadarannya menurun.
- Mengalami kejang.
Risiko bertambah, jika...
- Orang tua perokok. Asap rokok yang mencemari udara dan terhirup bayi meningkatkan risiko infeksi bronkiolitis.
- Bayi lahir prematur, karena sistem kekebalan tubuh terhadap serangan virus belum sempurna.
- Bayi tidak mendapat ASI eksklusif, karena sistem kekebalan tubuh tidak berkembang optimal akibat tidak didukung nutrisi ASI.
Langkah-langkah pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk memperkecil risiko si kecil terkena bronkiolitis. Terapkan pola hidup sehat berikut ini:
- Beri bayi ASI eksklusif selama 6 bulan, lanjutkan hingga 2 tahun.
- Jauhkan bayi dari asap rokok.
- Hindari bayi dari orang yang menunjukkan gejala flu seperti batuk pilek.
- Biasakan setiap orang mencuci tangan dengan sabun antiseptik hingga bersih sebelum menyentuh atau menggendong bayi.
- Gunakan masker penutup hidup dan mulut selama merawat bayi, untuk mencegahnya terkena semburan ludah saat Anda bersin atau batuk.
- Jangan terlalu sering membawanya ke tempat ramai terutama jika kondisinya kurang sehat. Mal adalah ruangan tertutup yang tidak terkena sinar matahari sehingga kuman penyakit bebas beterbangan.