1. Bersama Pasangan. Anak-anak tumbuh dan berkembang dalam keluarga. Ia memahami kebersamaan dari apa yang ia lihat dan alami sehari-hari bersama ibu dan ayahnya. Cara Anda berdua menangani anak dan saling menghargai, disimaknya secara seksama serta dipelajari sejak ia bayi sampai besar.
Lakukan:- Komunikasikan perasaan pada pasangan, apa kekhawatiran Anda: takut tak mampu membesarkan anak, takut membuat bayi sakit, takut tak mendapat pengasuh yang baik. Semua itu wajar dialami ibu baru. Bicarakan dengan suami, dan minta kepastian ia akan selalu mendukung Anda.
- Ajak suami untuk mengasuh dan merawat bayi, karena bayi adalah anak Anda berdua.
- Pahami bahasa bayi, sebelum bayi mulai menangis dan membuat Anda frustrasi.
- Curhat pada ibu-ibu lain. Mungkin mereka punya pengalaman yang bisa dibagi pada Anda tentang merawat bayi baru atau soal menjalani peran sebagai ibu.
- Ingatkan diri sendiri, masih banyak hal lain yg harus dipelajari.
- Realistis. Jangan mengkhayalkan keadaan anak saat sudah besar. Begitu Anda kembali pada kenyataan anak masih bayi, Anda akan lelah dan sedih.
- Jangan mengkhawatirkan pekerjaan rumah tangga. Bila Anda sudah memutuskan tidak menggunakan tenaga pembantu rumah tangga, relakan beberapa hal tidak tertangani. Misalnya menyeterika pakaian kering.
- Jangan sampai terlalu lelah, luangkan waktu untuk santai sejenak. Gunakan waktu untuk tidur saat bayi tidur. Menjadi ibu baru, membuat kewaspadaan Anda meningkat. Sedikit saja bayi bergerak, Anda secara refleks memandang ke arahnya.
- Katakan “YA” untuk tawaran bantuan karena Anda bukan wanita super. Jangan segan minta bantuan orang lain.
- Jangan merasa bersalah bila bayi menangis, karena hanya itu yang bisa dilakukan bayi untuk bicara. Bukan berarti Anda ibu yang tidak pintar bila bayi menangis!
2. Tanpa Pasangan. Mengasuh anak sendiri karena
pasangan sedang bekerja atau studi di luar kota atau luar negeri. Kadang Anda merasa berat mengasuh dan merawat sendiri bayi sekaligus mengurus rumah tangga. Anak butuh cinta kedua orang tuanya, anak juga butuh merasakan kebahagiaan orang tuanya.
Lakukan:- Rencanakan kegiatan menyenangkan tanpa bayi, titipkan pada ibu atau kerabat. Pergilah sejenak bersama suami saat suami datang.
- Ajak bayi mengunjungi tempat tinggal ayah, kenalkan padanya suasana lain selain di rumah. Tinggallah beberapa hari bersama bayi di rumah suami agar ia mengenal ayahnya.
- Manfaatkan gadget, komunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan bayi kepada suami, misalnya kebutuhan dan perkembangan anak setiap hari. Kirimkan foto bayi pada suami agar suami lebih mudah membentuk bonding.
- Ketika ayah berkunjung, beri kepercayaan padanya untuk mengasuh bayi. Minta suami merawat bayi, misalnya memandikan atau mengganti popoknya.
- Izinkan suami mengajak bayi pergi berduaan, jangan terlalu mengkhawatirkan. Biarkan suami bersenang-senang. Misalnya jalan-jalan, sampai waktunya menyusu.
- Persiapkan pengasuh yang handal, agar saatnya kembali bekerja, Anda merasa tenang.
3. Kembali Bekerja. Selama cuti melahirkan, hampir 24 jam Anda bersamanya. Anda yang paling paham bayi Anda. Pantas jika Anda khawatir dan merasa berat meninggalkannya.
Lakukan:- Yakinkan diri, Anda harus kembali bekerja, kecuali Anda bisa memilih tidak lagi bekerja.
- Menyiapkan pengasuh anak yang handal. Lakukan wawancara secara detail tentang kemampuan calon pengasuh dalam menangani bayi Anda.
- Beri kepercayaan pada pengasuh bayi, bicarakan kebiasaan bayi Anda serta rutinitas yang harus ia jalani.
- Informasikan pada pengasuh, apa saja yang disukai dan tidak disukai bayi Anda.
- Bayi Anda butuh kehangatan, bukan semata keterampilan mengasuh dan merawat bayi. Jangan cemburui pengasuh, bila ia bisa memberikan kehangatan pada bayi Anda.
- Minta informasi pada pengasuh bayi, kesulitan apa yang ia alami selama mengasuh dan merawat bayi Anda. Cari solusinya bersama. (me)
Baca juga:Jadilah Ibu Baru Yang Unik!Tujuh Fakta Bayi Baru LahirIbu Baru, 7 kiat lolos Dari Jebakan StresBekerja Kembali Paska Cuti MelahirkanTips Raih "Me Time" Untuk Ibu Baru