Faktanya, hubungan dalam sebuah keluarga tak selalu harmonis. Keluarga selalu punya hubungan pahit manis. Tapi tahukah Anda kalau hubungan dalam keluarga saat ini dan masa depan ternyata juga bisa berkaitan erat dengan warisan dari Leluhur?
Tak hanya memengaruhi hubungan dalam keluarga, menurut
family coach dari The Golden Space Indonesia,
Meilinda Sutanto, trauma atau masalah yang belum selesai dari masa leluhur kita juga bisa memengaruhi relasi di tempat kerja bahkan kesehatan mental. Hal ini menjadi salah satu topik yang diulas dalam
Masterclass di Indonesian Women’s Forum 2022, berjudul
Bagaimana Orang Tua dan Anak Bisa Saling Mengerti, yang berlangsung secara daring pada Senin (19/12/2022).
Meilinda menggunakan metode
family constellation untuk melacak dan mengidentifikasi trauma leluhur kita yang kita sadar atau tidak sadar diwariskan pada kita. Dengan melakukan identifikasi diharapkan kita dapat menghentikan trauma tersebut sehingga kita menjalani kehidupan saat ini dan tidak mewariskan trauma itu ke generasi yang akan datang.
“
Family constellation membantu mengubah suatu beban menjadi berkah dan membuat cinta yang tidak sadar menjadi cinta yang sadar yang agar kita bisa menghentikan trauma. Tak hanya membantu komunikasi antar anggota keluarga, family constellation juga bisa membantu isu-isu seperti depresi, kecemasan, duka, problem finansial, fobia, hingga anak yang sulit,” ujar Meilinda.
Lima Prinsip Family Constellation
Metode
family constellation menggunakan sejarah keluarga untuk memahami dan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Dalam metode f
amily constellation ada lima prinsip. Meilinda menjelaskannya sebagai berikut:
1. Orang tua memberi, anak menerima cinta kasih. Seorang anak harus netral menyayangi orang tua sama banyaknya.
2. Untuk pasangan agar harmonis dan bahagia, pemberian dan penerimaan cinta harus seimbang. Masalah relasi sering terjadi ketika seseorang mencari pasangan karena tidak menerima cukup cinta di rumah. Masalah lain adalah ketika seorang anak menjadi penengah dalam sebuah pasangan orang tua. Akhirnya orang tua tidak memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan belajar berkomunikasi.
3. Semua anggota keluarga punya tempat dalam keluarga, apapun kondisinya. Di masyarakat sering dikatakan di keluarga ada seseorang yang dianggap sebagai aib dalam keluarga. Padahal apa yang kita tolak akan terulang lagi. Karena itu, jangan menolak siapapun itu. Penting untuk mengakui dan menerima anggota keluarga.
4. Setiap orang dalam keluarga harus menanggung bebannya dan membawa jalan hidupnya sendiri-sendiri. Saling mengerti bukan berarti menderita bersama.
5. Urutan cinta. Perlu disadari urutan cinta. Kita datang dulu lalu pasangan, anak pertama, anak kedua, dan selanjutnya. Sederhananya, masalah akan terjadi jika salah satu atau beberapa prinsip itu dilanggar.
Praktik dalam Hubungan Keluarga
Salah satu yang dijelaskan oleh Meilinda dalam
masterclass IWF 2022 adalah penggunaan prinsip
family constellation dalam menjalin komunikasi dengan anak pada sebuah keluarga yang mengalami perceraian.
Menurut Meilinda, menikah dan bercerai tidak selalu buruk atau baik. Kita harus berhenti memberi label pada status perkawinan. Namun jika terjadi perceraian, sangat penting untuk menyembuhkan batin orang tua yang bercerai. Perlu ditekankan para orang tua sembuhkan amarah dari pasangan terdahulu, sebelum
move ke pasangan yang baru.
Sesuai prinsip
family constellation, jangan memotong tali cinta anak dengan orang tuanya, termasuk dengan menjelek-jelekkan mantan pasangan. Meski bercerai, seorang anak harus menerima cinta yang sama beratnya dari kedua orang tua. Ia berpesan supaya tidak melanggar prinsip
family constellation yang kedua, seperti dengan menggunakan anak sebagai pengganti pasangan.
Tanpa Anda sadari ini bisa memengaruhi relasinya di masa depan. Masalah juga bisa terjadi dalam keluarga yang bercerai dan kemudian menemukan pasangan baru, ketika urutan cinta orang tua berubah jadi mendahulukan pasangan baru ketimbang anak.
Sesuai prinsip
family constellation, tanamkan siapa yang datang duluan. Anak dari perkawinan pertama lebih dulu dari pasangan dalam perkawinan kedua. Meski belum pernah mengikuti lokakarya
family constellation rupanya
celebrity mom,
Alya Rohali telah mempraktikkan prinsip-prinsipnya dalam menjalin komunikasi dengan ketiga putri dari dua pernikahan.
Alya bercerita bahwa ia selalu berhati-hati saat berkomunikasi dengan anak-anaknya. “Saya punya tiga anak perempuan dengan sifat yang berbeda-beda. Aku belajar komunikasi juga berbeda. Untuk komunikasi dengan anak yang paling besar yang tipikalnya lebih diam dan tenang berbeda dengan gaya komunikasi dengan
Diarra Rachbini yang
outspoken dan sangat ekspresif. Dia juga mengingat setiap detail yang saya sampaikan. Makanya saya betul-betul pikirkan kata karena itu juga yang akan membentuk
mindset dia di masa depan. Kita harus hati-hati apa yang akan kita sampaikan kepada anak.”
Alya tidak menyebut trauma tapi ia percaya apa yang dilihat dari keluarga sebelumnya memengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan keluarga saat ini.
Ketika akan menikah lagi, Alya menanamkan pada anak bahwa ia tidak akan kehilangan siapa pun. Bahkan mengajak melihat dari sudut pandang berbeda dengan mengatakan keuntungan misal jadi lebih banyak yang sayang.
Tentu saja tiap keluarga punya kondisi yang berbeda, tapi yang pasti ia tidak mau memberi anaknya menyandang label broken home. Karena rumah anaknya tidak rusak, bahkan bertambah.
Dalam
family constellation jika sebuah trauma tidak selesai, kejadian akan terulang kembali. Ketika trauma itu selesai, maka efeknya akan seperti domino dalam arti yang positif. Relasi yang baik dalam keluarga juga memberi pengaruh positif dalam relasi yang lebih luas.
Masterclass yang berlangsung selama satu jam ini pun mendapat tanggapan antusias dari para peserta. Tidak sedikit yang bertanya langsung kepada Meilinda tentang kondisi dalam keluarga mereka untuk mendapatkan solusi masalah.
Nuri Fajriati - Kontributor