Kata Dokter Gigi, Orang Tua Harus Merawat Gigi Balita

 

Foto: Envato

Sebesar  93 persen anak Indonesia mengalami gigi berlubang. Demikian menurut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, tahun 2018.
 
drg. Joshua Calvin, Sp.KGA @uncle.jo_dentist dalam acara Instagram Live @ayahbunda_ pada tanggal 24 Februari 2022 tentang Gigi Balita,  mengatakan bahwa masalah gigi anak yang paling umum adalah gigi berlubang. Padahal mulut adalah jalan masuknya makanan. “Gigi berlubang bisa mengganggu tumbuh kembang anak, karena mulut adalah jalan masuknya makanan. Gangguan pada gigi akan mengganggu asupan penting yang harusnya didapat oleh anak,” jelas Joshua.
 
Kesehatan gigi bukan semata soal kebersihan
Joshua menjelaskan bahwa masalah gigi anak disebabkan oleh dua hal yaitu kebersihan dan makanan. Menjaga kebersihan gigi anak sangat penting untuk menghindari gigi berlubang. Orang tua juga harus rutin memeriksakan gigi anak supaya tahu bakal ada masalah pada giginya.  Selain itu makanan juga harus diperhatikan.
Makanan yang mengandung zat tepung atau terigu berpotensi merusak gigi anak.  
 
Kapan gigi anak harus mulai dirawat? Anak pada umumnya tumbuh gigi di usia 6 bulan. “Pada beberapa kasus ada anak yang umur setahun baru punya 2 gigi,” kata Joshua.
Begitu gigi susu tumbuh, orang tua harus rajin membersihkan gigi anak. “Paling gampang pakai kain kasa. Bisa juga pakai sikat silicon. Ada sikat gigi yang berbentuk U, itu sikat gigi main-main atau gimmick, tidak untuk membersihkan. Fungsinya untuk menstimulasi dan memperkenalkan pada bayi ada benda yang masuk ke dalam mulut.”
 
Tip sukses menjaga kesehatan gigi  menurut drg. Joshua:


1. Gosok gigi anak selama 2 menit,  setidaknya semua gigi harus dibersihkan dan sepertiga lidah harus kena. Pakai gerakan apapun. Bisa memutar, bisa satu arah, yang penting tujuannya untuk membersihkan bagian mana.
 
2. Begitu bayi masuk usia 9 bulan, gunakan sikat gigi.


3. Gusi juga digosok  bukan untuk dibersihkan tetapi lebih untuk stimulasi dan untuk melatih anak supaya tidak  muntah.

4. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride kalau anak sudah tumbuh gigi. Bisa dimulai usia 6 bulan.
Oleskan pasta gigi sebesar sebutir beras dan agak ditekan pada sikat giginya supaya tidak jatuh. Jangan khawatir  anak belum bisa meludah, karena anak tidak akan keracunan fluoride.   Tertelan fluoride yang berbahaya kalau tertelan sebanyak 5 mg, yaitu  kalau anak gosok gigi sehari sebanyak 20 kali dan fluoridenya semua tertelan. Ini yang bisa meracuni. Tapi kalau hanya memberikan odol sebesar beras, itu hanya 0,25 mg.   

5. Begitu gigi susu tanggal dan diganti gigi tetap, ganti dengan pasta gigi dewasa. Pasta gigi anak mengandung fluoride sebesar 1000 ppm, sementara pasta gigi dewasa mengandung fluoride sebesar 1.500 ppm. Pasta gigi anak tidak dapat membersihkan gigi tetap.

6. Lakukan supervisi, ulangi lagi menyikat gigi anak bila anak menyikat giginya sendiri. Anak baru benar-benar boleh dilepas menggosok gigi sendiri pada usia 8 tahun ketika sudah dapat menulis dengan baik, bisa mengancingkan bajunya dan mengikat tali sepatunya.

7. Ajak anak memilih sikat gigi dan pasta gigi yang dia suka.  

8. Periksa rutin ke dokter gigi anak.

 
 
Waspadai lubang gigi
Gigi rusak dapat dimulai saat gigi anak baru tumbuh, bila berkaitan dengan struktur gigi. “Tapi kalau masalah kebiasaan, sejak gigi baru tumbuhpun bisa rusak,” kata Joshua. Joshua menjelaskan, meski bayi minum ASI, ASI mengandung laktosa.  Sifat lengket ASI yang tidak dibersihkan akan menyatu dengan sisa makanan (MPASI) yang dimakan oleh bayi. Apalagi anak umur 1 tahun yang sudah makan makanan keluarga. Itu penyebab gigi berlubang.
 
Gigi karies atau gigis, juga merupakan masalah gigi yang bisa dialami anak. Gigis ini bisa mengakibatkan gigi anak habis, tersisa sedikit dan berwarna hitam. “Mulut selain untuk makan, juga untuk ngomong. Kalau giginya nggak ada, pelafalan jadi aneh. Karena banyak bunyi yang mengandalkan lidah dan gigi. Misalnya S, itu kan pakai gigi. Selain itu karena gigi anak jelek, anak jadi takut tersenyum buka mulut. Kalau kita tidak merawat gigi anak, kita mengambil rasa percaya dirinya,” papar Joshua. Joshua mengingatkan agar orang tua peka dengan kondisi gigi anak, jangan tunggu sampai habis.
 
Kalau gigi susu belum tanggal sementara gigi permanen sudah tumbuh, gigi susu harus dicabut. Menurut Joshua, penyebab paling sering gigi permanen tidak tumbuh persis di bawah gigi susu tetapi di belakangnya adalah  karena gigi susu tidak distimulasi. Penyebab kedua adalah faktor genetis.
 
 
“Bagaimana cara menstimulasi gigi susu? Beri makanan yang keras.  Anak jangan diinstankan. Orang tua, karena anak harus makan dan maunya makanan lembek, kalau perlu dilembekkan, diblender, disuwir. Kita dulu kalau ngga mau makan  ya nggak makan,” ujar Joshua. Makanan lembek ini tidak membuat otot rahang terlatih sehingga rahang tidak berkembang dan tidak ada tempat untuk gigi permanen tumbuh. Ini bisa dideteksi sejak anak berumur 5 tahun.
 

Penyebab kedua adalah rahang kecil karena faktor genetis. Yaitu rahang terlalu kecil sehingga gigi permanen tidak dapat tempat untuk tumbuh.
 
   
 Lubang besar pada gigi bisa menimbulkan bengkak. Rasanya sakit sekali, demam tinggi, dan membuat anak tidak mau makan. “Bahayanya adalah, saat gusi bengkak, gigi permanen yang akan tumbuh bisa diliputi nanah terus menerus. Apa yang akan terjadi? Itu yang namanya turner’s tooth syndrome. Ketika gigi susu dicabut, gigi permanen tumbuh dalam kondisi rapuh, dan rentan berlubang,” jelas Joshua.
 
Menurut Joshua, gigi permanen itu ibarat porselen, tetapi karena diliputi nanah terus menerus, dia akan tumbuh dilingkupi bulatan-bulatan yang diibaratkan gypsum yang mudah rapuh. Sama putih warnanya, tetapi putihnya berbeda. Sama-sama keras, tetapi kerasnya berbeda dan tingkat kepadatannya berbeda sehingga rentan berlubang.
 
 
Orang tua, jaga emosi
Anak butuh waktu untuk membiasakan menggosok gigi. Sama seperti proses belajar lainnya, belajar menggosok gigi juga butuh waktu dan pembiasaan. Namun kadangkala, di masa-masa anak suka melawan, acara menggosok gigi bisa menjadi medan perang.
 
“Anak-anak yang baru belajar ngga mau gosok gigi, lalu kita marah. Intonasi naik, anak berasa disiksa. Orang tua nggak perlu emosilah. Menyikat gigi harus menyenangkan,” saran Joshua.
 
Kalau kadang-kadang anak diajak bepergian dan sudah mengantuk saat tiba di rumah, usahakan anak tidak bolos menggosok gigi. “Anak harus dipaksa menggosok gigi. Semua dokter gigi sepakat, sesuatu yang baik haus dipaksa. Karena kalau sesuatu yang baik tidak terjadi pada anak, kita orang tualah yang salah,” kata Joshua dengan tegas.
 
Tetapi yang juga penting adalah cara kita memaksa jangan sampai menjadi trauma pada anak.  Memaksa anak menggosok gigi harus dilakukan dua orang. Itu sebabnya butuh kerja sama bunda dan ayah. Satu orang memegangi anak dan satu lagi menyikat giginya.  
 
“Kita jaga intonasi dan emosi, nggak boleh kesel. Maaf ya, bunda harus bersihin mulut. Bunda ngerti kamu nggak suka, tapi ini harus.  Yang jadi trauma kalai bunda teriak, anak merasa disiksa. Lakukan dengan story telling, bicara dengan lembut, menggosok gigi bersama, berikan contoh. Di luar itu semua, lakukan dengan konsisten. Kalau tidak, kita sudah mengambil satu kayu dari bantalan rel yang sudah ditata.” Pungkas Joshua. (IR)
 
Tonton Instagram live di Instagram TV @ayahbunda_
 
 
 

 
 
 
 

 



Artikel Rekomendasi