Manfaat Bayi Tidur Bersama Bunda dan Ayah

 

Foto: Envato



Kalau pada akhirnya bayi tidur besama bunda dan ayah, ada beberapa hal yang penting jadi perhatian. 

 

Bayi tidur bersama bunda dan ayah bukan hal baru dalam budaya Indonesia. Istilah ‘ngeloni’ bayi sudah digunakan sejaka zaman dulu. Namun kebiasaan itu lalu sering dipertanyakan dan diklaim sebagai bukan cara yang baik untuk menanamkan kemandirian sejak dini. 

 

Orang tua di negara-negara Barat merancang kamar bayi, dan membiasakan bayi tidur sendiri di kamarnya, tentu diawasi dengan menggunakan baby monitor. 

 

Memisahkan bayi untuk tidur sendiri di kamar, memberi ‘beban tambahan’ bagi ibu baru yang harus menyusui bayinya setiap dua jam. Tidak sedikit ibu yang memilih tidur sekamar dengan bayi, tetapi bayi diletakkan di boks tidurnya yang lebih aman dan nyaman. 

 

Namun karena setiap dua jam sekali ibu harus menyusui, pada akhirnya bayi pun ‘mendarat’ di tempat tidur bunda dan ayah. Beberapa ibu mengemukakan alasannya. 

 

“Capek, bolak balik ambil bayi, susui, kembalikan lagi ke boksnya. Seringkali saya dan suami bergantian memang, tapi ini pernah saya panik. Tiba-tiba saya terbangun, lompat dari tempat tidur mencari bayi saya. Saya tidak ingat meletakkannya di boksnya saking lelahnya,” demikian ujar Tantri yang kini anaknya sudah berumur 4 tahun. 

 

“Saya keloni di bed. Lebih cepat kalau mau nyusuin. Nggak perlu turun dari tempat tidur, bisa langsung ambil bayinya, lalu disusui. Setelah itu tidurkan lagi di samping saya,” cerita Uwi, yang anaknya berumur 2 tahun. Menurut Tantri dan Uwi, bayi dikeloni tidur lebih tenang. 

 

Para dokter anak di Amerika tidak menyarankan menidurkan bayi di antara ayah ibunya karena meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndrome atau kematian bayi mendadak. Tapi karena banyak orang tua yang merasa kelelahan karena kurang tidur, bayi tidur besama kedua orang tuanya selalu saja terjadi. 

 

James McKenna, antropolog asal Kalifornia dan penulis buku Safe Infant Sleep menyatakan bahwa bayi tidur bersama orang tuanya itu baik, dan  tetap bisa aman sejauh orang tua berhati-hati. 

 

Bayi rentan mengalami SIDS tiga bulan pertama usianya, disebabkan karena bayi sering mengalami sleep apnea atau berhenti bernapas saat tidur.  Sebuah riset menyebut, pemberian ASI bisa mencegah bayi mengalami SIDS. Menurut McKenna, bayi yang tidur bersama kedua orang tuanya dan disusui akan terbangun sepanjang malam sehingga mengingatkan bayi untuk selalu bernapas. Bayi yang dibiarkan tidur sendiri tidak sering terbangun untuk menghentikan periode sleep apnea. 

 

McKenna juga menyatakan bahwa bayi yang tidur nyenyak sepanjang malam tidak selalu baik. Ketika bayi tidur bersama orang tuanya, dia akan beberapa kali terbangun sehingga mengalami pergantian fase tidur secara berulang. Ini sangat penting untuk oksigenasi pada bayi. 

 

McKenna dan teman-teman peneliti mengamati, ibu menyusui yang tidur bersama bayinya berada posisi tidur melengkung atau membentuk huruf C. Ibu akan tidur miring dengan bayi berada di bawah trisep ibu dan menarik kaknya ke bawah kaki bayi. Posisi ini memberikan perlindungan terhadap gerak bayi. Bayi tidur miring ddan menghadap ibu.  Bayi yang tidak menyusu cenderung tidur ke atas, kepala berada di bantal. Bila bayi tidur di samping ibu, dia tidak menggunakan bantal. 

 

McKenna menyarankan bayi yang tidur bersama sebaiknya tidak dibedong. Bedong sendiri tidak mengakibatkan SIDS, tapi kadang-kadang bedong bisa berbahaya. Pemberian empeng atau pacifier setelah menyusu dapat membantu bayi untuk terus mengisap, sehingga mengingatkannya untuk bernapas kembali saat terjadi sleep apnea. (IR)

 



Artikel Rekomendasi