Anak Kerap Rewel di Lingkungan Baru? Cari tahu ini dulu Bun!

 



Kalau anak sering sulit beradaptasi di lingkungan baru, jangan buru-buru dimarahi. Foto ilustrasi: Pexels/Jep Gambardella

Ketika menjumpai lingkungan atau bertemu orang baru, anak memiliki cara pendekatan dan adaptasi berbeda-beda. Namun orang tua harus sigap ketika anak kesulitan menyesuaikan diri, bahkan hingga muncul tanda kecemasan, ketidaknyamanan, atau penarikan diri dalam situasi sosial.

Dalam laman Child Mind Institute, David Anderson, PhD, psikolog klinis, menyebut bahwa perubahan merupakan hal yang sulit bagi semua orang termasuk anak-anak untuk dihadapi. Seiring bertambahnya usia, fungsi kognitif manusia yang berkembang membuat orang lebih piawai mencari cara untuk terbiasa dengan perubahan. Walau demikian, ada beberapa kondisi dan situasi yang membuat anak sulit untuk menerima perubahan hingga kerap tantrum.

Perubahan lingkungan mendadak 

Ketika anak sudah memiliki rutinitas dan kenyamanan dalam lingkungan yang sudah dikenal, perubahan mendadak seperti pindah rumah, pindah sekolah, atau perubahan besar dalam dinamika keluarga, dapat membuat mereka merasa tidak aman dan cemas. Ketidakpastian ini bisa menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Kurang keterampilan sosial 

Anak-anak yang kurang memiliki keterampilan sosial berpeluang kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa di lingkungan baru. Anak menjadi tidak memahami cara memulai percakapan, bergabung dalam permainan, maupun memahami isyarat sosial. Hal ini bisa menyebabkan rasa tidak percaya diri dan ketidaknyamanan dalam beradaptasi. 

Mulailah mengajari anak cara berempati dan mendengarkan orang lain. Jangan lupa untuk menjadi role model yang baik agar anak bisa mencontoh bagaimana menghadapi berragam situasi sosial.

Risiko ADHD

American Psychiatric Association menyebut, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat menjadi faktor risiko anak kesulitan beradaptasi. Anak dengan ADHD memiliki gangguan pada executive function; fungsi yang dibutuhkan untuk merencanakan, memusatkan perhatian, mengingat instruksi, dan menangani banyak tugas). Anak pun sulit beradaptasi dengan keadaan yang tidak pasti, baru, dan berubah.

Laman web konseling ADHD Talk With Frida menyebut, perubahan bisa disiasati dengan menyesuaikan kebiasaan dari jauh hari sebelum saat perubahan itu terjadi. Jika memiliki anak yang terdiagnosis ADHD, orang tua dapat menyediakan jam alarm pagi atau mengajak anak berjalan-jalan ke area sekolah sejak seminggu sebelum anak masuk sekolah untuk pertama kali.

Risiko spektrum autisme

Hampir serupa dengan ADHD, anak dengan autisme memiliki sudut pandang berbeda dengan orang kebanyakan soal perubahan. Psikologis klinis Dr. Rosenthal pada laman web Child Mind Institute menyebut, adanya kognitif yang tidak fleksibel pada otak anak dengan autisme yang membuat mereka lebih senang melakukan aktivitas dengan cara yang sama.

Dilansir dari Seattle Children, penggunaan cerita atau visual mengenai lingkungan baru bisa membantu menurunkan kecemasan pada anak dengan autisme. Anak pun bisa membayangkan apa yang bisa ia lakukan dan ekspektasikan. Namun, ketika terjadi perubahan yang mendadak, berusahalah untuk tetap tenang dan validasi perasaan anak. 

Penulis: Ghina Athaya

Baca juga:

7 Cara Menangani Anak Pemalu
Ciri Balita Siap Masuk Sekolah
Cara Hadapi Tantrum pada Anak PTSD

 

 


Topic

#anaksulitberadaptasi #keterampilansosialanak #milestonesosial



Artikel Rekomendasi

post4

Cara Tepat Bergawai pada Anak

Data riset brand smartphone Huawei tahun ini, 87% orang tua Indonesia memberi gawai ke anak. Dan anak-anak usia 5 hingga 8 tahun di negeri ini, sudah memakai gawai. ... read more