Foto: Pexels/Alex Green
Baru-baru ini, isu soal 'susu' ikan menjadi topik hangat di masyarakat juga kalangan ahli gizi, praktisi kesehatan, hingga pengamat kebijakan publik. Walaupun belum dipastikan pemerintah akan menggunakan 'susu' ikan sebagai pengganti susu sapi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Prabowo-Gibran, namun sudah banyak pihak mencermati pro kontra dari 'susu' ikan. Untuk Bunda dan Ayah yang ingin tahu faktanya, simak dulu penjelasan berikut, ya!
Apa itu 'susu' ikan?
Dilansir dari laman Antara, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam konferensi persnya menyebut, 'susu' ikan sebenarnya merupakan minuman protein hasil pengolahan ikan laut menjadi Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang diolah dan disajikan menyerupai susu. Inovasi produk turunan ikan ini kemudian diberi merek oleh salah satu pabrik di Indramayu dengan nama "Susu Ikan".
Awalnya, tim bioteknologi Litbang KKP mengembangkan 'susu' ikan (pada tahun 2017) dengan memanfaatkan ikan bernilai ekonomi rendah seperti petek, selar, tamban, dan belok, untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Selain itu, produk HPI juga bertujuan untuk meningkatkan asupan protein harian masyarakat yang jauh dari pusat penjualan ikan dan minim asupan protein harian.
Foto: Pexels/energepic.com
Bukan susu sebenarnya?
Ya, 'susu' ikan memang bukan susu sebenarnya. Dilansir dari Kompas TV, susu berdasarkan pemaparan
Prof. Dr. Hardinsyah, MS.,- Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor yang juga Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) - mengacu pada cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia, sementara 'susu' ikan lebih tepat disebut sebagai sari ikan.
Kandungan zat gizi makro dari sari ikan ini memang berpotensi menggantikan zat gizi makro yang terdapat pada susu sapi, namun akan membutuhkan banyak ikan untuk menghasilkan jumlah sari yang diperlukan masyarakat dalam skala luas.
Tetap dianjurkan konsumsi ikan asli
Pro kontra apakah 'susu' ikan dapat menggantikan susu sapi, dilansir dari Kompas.com, terus bergulir di masyarakat dan membuat beberapa ahli gizi angkat bicara. Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting Kesehatan Ibu dan Anak dan SDG’s PB IDI,
Prof. dr. Agussalim Bukhari M.Clin.Med Ph.D Sp.GK Subs.KM, menyebutkan bahwa proses pembuatan hidrolisat ikan mengurangi kandungan gizi dari ikan itu sendiri sebanyak 50 persen. Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan sari ikan/ 'susu' ikan sebagai pangan utama pemenuhan kebutuhan protein harian. "Sari ikan ini perlu ditambahkan vitamin dan mineral yang hilang," tegas Agus.
Masih menurut Agus, 'susu' ikan yang diharapkan menjadi bahan pangan pelengkap nutrisi harian khususnya untuk memenuhi asupan protein, sebenarnya ditujukan untuk membantu masyarakat yang sulit mendapatkan ikan. "Untuk masyarakat yang tinggal di daerah dengan suplai ikan yang banyak, lebih baik mengonsumsi daging ikan segar karena protein, vitamin, dan mineralnya masih utuh," pesannya.
Soal rasa dan konsumsi oleh anak bagaimana?
'Susu' ikan yang merupakan produk berbasis protein ikan sebenarnya memiliki kelebihan, yakni kaya akan
omega3. Selain itu, HPI biasanya dicampur dengan bahan lain seperti EPA (
EicosaPentaenoic Acid) dan DHA (
DocosaHexaenoic Acid). Namun bagaimana dengan dengan rasa dari 'susu' ikan sendiri?
Dilansir dari laman Klikdokter, sari ikan yang diolah dengan teknologi pengolahan pangan modern sering kali memiliki rasa yang netral. Proses pengolahan ikan menjadi sari ikan yang cukup panjang juga menghilangkan rasa dan bau amis ikan sehingga tidak berbau amis seperti yang dibayangkan oleh orang-orang kebanyakan.
Saat pemrosesan, protein ikan yang sudah diekstraksi kemudian diproses lebih lanjut dengan pencampuran air, pengemulsi, dan bahan-bahan tambahan seperti perisa dan pengental, sehingga tekstur dan konsistensinya mendekati susu sapi. Namun bagi beberapa orang, rasa 'susu' ikan juga belum tentu dapat diterima. Ini yang patut dipikirkan selanjutnya.
Nah, jadi jelas ya Bunda dan Ayah, kalau 'susu' ikan itu hanya penyebutan merek produk yang menyerupai susu sapi. Selain itu, 'susu' yang terbuat dari ikan ini juga belum tentu berbau amis seperti olahan ikan lainnya. Hanya saja, rasa dan zat gizinya, tentu berbeda dari susu sapi maupun ikan dalam kondisi segar.
Penulis : Laili Damayanti
Baca juga:
Perhatikan Ini Sebelum Memberi Makan Bayi
Ajari Bayi dan Balita Menyukai Makanan Sehat Sejak Dini
Cegah Stunting, Atur Menu Makan Bayi Secara Tepat