Kasus Covid Terkonfirmasi Melonjak, Pemerintah Imbau Prokes Ditingkatkan
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 6 Desember 2023, rata-rata kasus harian COVID-19 bertambah sebanyak 35-40 kasus. ... read more
Kurangnya APD, jumlah tenaga medis, maupun peralatan dan fasilitas kesehatan menjadi masalah yang sudah sering kita dengar atau baca dari berita di TV, koran, maupun berita online mengenai penanganan COVID-19 di Indonesia yang hingga kini angkanya belum juga turun. Akan tetapi, Ketua Umum Ikatan Dokyter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), mengatakan bahwa ada kesulitan lain yang dihadapi para tenaga medis saat menangani pasien anak, baik PDP maupun yang positif COVID-19 di Indonesia.
Swab Test yang Tidak Mudah
“Bayangkan, anak di-swab, itu tidak gampang. Jadi menurut saya sulit,” ujarnya. Tentu saja, pengambilan sampel untuk PCR test dari bayi dan balita tentu tidak semudah pada orang dewasa yang kooperatif. Menurut dr. Aman, pengujian pada anak-anak harus menggunakan swab test, bukan rapid test. “Karena saya tidak begitu yakin dengan rapid test untuk anak-anak,” imbuhnya. Di samping itu, reseptor pada anak-anak belum begitu sempurna, yang membuat tubuhnya belum begitu cepat mengenali virus ketika dites.
Tidak Bisa Diisolasi Sendiri
Dokter Aman mengatakan bahwa tiap minggu, para dokter anak menemui pasien baru. “Tiap ada anak yang sakit, kami mau menangis, karena mereka harus diisolasi. Bahkan anak 17 tahun saja menangis dimasukkan ruang isolasi, minta orang tuanya masuk ke ruang isolasi,” ceritanya. Bayangkan bila ini terjadi pada anak-anak yang usianya lebih muda.
Isolasi mensyaratkan mereka untuk tidak berkontak dengan siapa pun. Akan tetapi, ketidakmandirian anak dan kelekatan mereka pada orang tua tentu menjadi beban tambahan pada saat penanganan ini. Dokter Aman menambahkan, “Bayi dan balita harus diisolasi dengan orang tuanya.”
Tidak Ada RS COVID-19 Khusus Anak
Sejauh ini, Indonesia memang belum memiliki RS COVID-19 yang khusus untuk menampung pasien anak. “Jadi, di mana ini semua (anak yang terinfeksi) mau dirawat dan diisolasi? Terpaksa digabung dengan RS orang dewasa,” ujarnya.
(LELA LATIFA)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 6 Desember 2023, rata-rata kasus harian COVID-19 bertambah sebanyak 35-40 kasus. ... read more
Cegah keparahan dengan protokol kesehatan dan vaksinasi.... read more
Pandemi covid-19 belum sepenuhnya menjadi endemi, penyakit-penyakit infeksi yang dulu sudah dapat dikendalikan kembali muncul. ... read more