Fenomena Self Harm pada Anak, Patut Diwaspadai ya, Bun!
Self harm, sebuah perilaku menyakiti diri sendiri, termasuk penyakit kejiwaan dan membutuhkan pertolongan ahli kejiwaan.... read more
Dilansir dari laman Charliehealth, anak yang dibesarkan oleh ibu terdiagnosis GKN dapat mengalami beberapa gejala pada dirinya, seperti:
1. Kerap merasa kurang sempurna dan suka mengkritisi diri berlebihan
2. Merasa tidak perlu tampil, tidak didengar orang lain, dan terabaikan secara emosional
3. Sering merasa insecure, meragukan diri, dan kerap terperangkap dalam kekacauan emosional akibat sering mendapatkan agresi verbal, lontaran merendahkan, dan hinaan dari ibunya sendiri
4. Gaya kelekatan selalu insecure sehingga sulit membentuk hubungan yang sehat dengan pasangan/orang lain akibat praktik pengasuhan yang tidak konsisten dan diabaikan ibunya sendiri
5. Merasa rendah diri dan memiliki citra diri negatif sehingga sering merasa tidak mampu, tidak layak, serta terus-menerus mencari pengakuan dari orang lain
6. Khususnya pada anak perempuan, sering kali merasa sulit menetapkan batasan ruang pribadi dan otonomi atas dirinya
7. Sering terlalu menjadi pihak yang bergantung dalam relasi dengan orang lain, termasuk menggantungkan keputusan berdasarkan pendapat orang lain
8. Terlalu ingin menyenangkan orang lain dan sering menghindari konflik
9. Sering merasa takut ditinggalkan maupun ditolak orang lain
10.Sulit mengekspresikan emosi maupun mengidentifikasi perasaan sendiri.
Ibu yang narsistik bisa saja menjadi ibu yang sangat aktif dalam pertemuan orang tua murid, dan organisasi keorangtuaan, namun keterlibatannya hanya untuk kepentingan diri sendiri. Menurut Mark Ettensohn, PsyD, psikolog yang juga penulis Unmasking Narcissism: A Guide to Understanding the Narcissist in Your Life, ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari ibu narsistik.
1. Sering merasa harga diri terlalu tinggi, suka mementingkan diri sendiri, terlalu percaya diri, dan merasa lebih unggul dari orang lain
2. Sering berperilaku arogan
3. Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan
4. Merasa unik atau istimewa dibanding orang lain
5. Melebih-lebihkan prestasi dan bakat sendiri
6. Suka iri pada orang lain dan berpikir orang lain iri pada dirinya
7. Kurang berempati
8. Berfantasi soal kemampuan, kesuksesan, dan prestasi diri
9. Sering merasa berhak mendapatkan perlakuan khusus
10.Butuh dipuja berlebihan.
Masih menurut Mark, cara terbaik menghadapi ibu narsistik adalah dengan:
Tetapkan batasan yang jelas akan hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan terhadap Anda.
Cobalah tidak bereaksi berlebihan secara emosional, bahkan terhadap hinaan yang dilontarkan sekalipun. "Narsistik selalu mengharapkan reaksi lawan karena ini berarti ia dapat mengontrol orang lain. Ketenangan adalah kekuatan Anda," pesan Mark.
Walaupun kerap menerima 'serangan' dari ibu sendiri, cobalah merencanakan exit strategy terhormat ketika perdebatan berlangsung sengit. Misalnya, rencanakan untuk menjawab dengan mengatakan "Maaf, aku ada keperluan mendadak," atau cobalah mengutarakan pendapat kita bahwa perdebatan tidak harus berujung satu suara.
Tidak perlu selalu terusik ketika ibu selalu menuntut kesempurnaan anaknya, atau merasa kurang diapresiasi atas apa yang sudah kita upayakan. Ingat, bukan kewajiban anak untuk membuat ibu merasa spesial, dibutuhkan, maupun merasa relevan dengan kehidupan yang diinginkannya.
Bicarakan dengan psikolog, konselor, maupun terapis ketika merasa sulit merasa bahagia maupun ingin mematahkan 'lingkaran setan' antara hubungan yang buruk bersama orang tua dengan hubungan bersama orang lain di kehidupan pribadi.
Orang narsistik tidak suka menerima kritik, bahkan kerap membenarkan perilakunya sendiri. Kata "maaf" mungkin bisa menjadi hal yang mustahil didengar untuk saat ini. Jadi, jangan berharap terlalu banyak.
Kepribadian seseorang adalah hal yang sangat sulit diperbaiki serta mustahil 'disembuhkan'. Yang dapat diupayakan adalah membangun kemampuan memberikan kasih sayang dan menyadari apa yang dilakukan.
Ini tidak akan membantu seorang narsistik berperilaku lebih baik. Yang mereka butuhkan adalah hubungan yang lebih baik tanpa mempertajam konflik, misal dengan berbagi bakat dan minat lalu membangun bonding dari kesamaan tersebut.
Jika hubungan dengan orang tua sudah tidak dapat menghasilkan sesuatu yang baik bahkan sudah menjadi toxic, jalan terbaik terakhir yang perlu diambil adalah membatasi berhubungan dengan ibu yang narsistik.
Menarik ya, soal ibu narsistik ini. Semoga buat yang on the way menjadi ibu tidak melenceng jadi narsistik....
Penulis: Laili Damayanti
Baca juga:
Ajari Anak Kata "Maaf" Itu Bertahap Ya Bun!
7 Tip Sehat Dunia Digital Anak
ASI Deras Juga Harus Berkualitas
Self harm, sebuah perilaku menyakiti diri sendiri, termasuk penyakit kejiwaan dan membutuhkan pertolongan ahli kejiwaan.... read more
Menerapkan kebiasaan hidup sehat sehari-hari dapat menghindarkan Anda dari masalah kesehatan mental. Anda tak perlu jauh-jauh pergi untuk melakukan healing. ... read more
Kesehatan mental menjadi hal penting selama masa pandemi covid-19. Sama pentingnya dengan menyikat gigi dua kali sehari, membersihkan kesehatan mental perlu dilakukan setiap hari. ... read more