Ajari Anak Kata "Maaf" Itu Bertahap ya Bun!
Pada momen Hari Raya Idulfitri, para orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar akan saling memaafkan. Lalu bagaimana dengan anak yang masih kecil?... read more
Kebahagiaan kita sangat bergantung pada kesehatan hubungan kita dengan orang lain. Memulihkan kembali relasi yang terputus, terkadang perlu kekuatan hati untuk mau memaafkan.
Maafkan, lupakan, atau dendam? Kita bebas memilih. Apapun pilihan kita, ketiganya memiliki tantangan tersendiri. Peran kita sebagai orang tua adalah menunjukkan kepada anak-anak bagaimana kita mengatasi masa-masa sulit, beradaptasi dengan konflik, lalu keluar dengan lebih kuat dan dengan pemahaman yang lebih baik tentang diri kita sendiri dan orang lain.
Masalah yang kita hadapi berkaitan dengan relationship bisa menjadi kesempatan yang baik untuk mengajarkan kepada anak cara menghadapi masalah, dan bagaimana kita tumbuh melalui masalah tersebut. Dengan memberi contoh pada anak tentang memaafkan dan menyembuhkan luka hati, kita memberikan arah kepada anak untuk membangun ketabahan, ketekunan, dan mengagkat kepala kita tinggi-tinggi selama menghadapi perselisihan. Perselisihan dan pertikaian tidak terhindarkan, tetapi cara kita menangani adalah tujuan dan tonggak masa depan anak-anak kita. Coba tips yang diajarkan oleh ahli pendidikan anak, Caroline Maguire, MEd.
1. Memilih untuk memaafkan
Memaafkan dimulai dengan pilihan. Berarti memaafkan juga merupakan tanggung jawab. Memilih untuk memaafkan berarti Anda menolak orang lain mengendalikan pikiran, perasaan, hubungan dan tindakan Anda. Ini adalah keputusan Anda sepenuhnya ketika Anda siap untuk mengambil kembali kekuatan diri Anda dan tidak membiarkan orang lain memiliki kekuasaan atas diri Anda.
Bicarakan tentang memaafkan pada anak Anda. Bagikan dengannya perjalanan batin Anda. Dengan melepaskan beban emosional Anda - yang bisa menimbulkan keluhan rasa sakit - Anda sudah memberikan gambaran kepada anak tentang perlunya memaafkan.
2. Hadir. Pikiran memengaruhi perasaan dan perilaku. Waktu kita lebih banyak untuk merenungkan masa lalu dan merencanakan masa depan. Ketika kita berada di sebuah momen - saat kehidupan sedang berlangsung sekarang ini - kita mendengarkan pikiran kita dan memeriksa batin kita. Memahami keberadaan kita saat ini akan memungkinkan kita untuk menanggapi dan beradaptasi dengan bijak. Buatlah jadwal untuk terhubung dengan anggota keluarga dan berbagi tanpa melibatkan gadget.
3. Praktikkan memaafkan setiap hari. Kita tidak perlu berpikir bahwa memaafkan berkaitan dengan masalah besar. Pada kenyataannya memaafkan adalah kebutuhan sehari-hari yang bisa mendamaikan kembali bunda dan anak, anak dengan ayah, dan ayah dengan bunda sehingga tercipta hubungan yang sehat dan penuh makna. Apakah Anda sakit hati dibohongi anak balita Anda yang mulai mencoba berbohong, ataukah bunda yang terpaksa berteriak karena kakak mengacaukan tidur si adik bayi. Semua itu perlu tindakan memaafkan agar Anda dapat melewati rasa sakit, menemukan penyembuhan dan akhirnya dapat menjadi kuat fisik, mental dan emosional.
4. Bangkitkan keberanian. Sulit melepaskan rasa marah atau tersinggung, terutama bila pelakunya tidak merasa bersalah dan tidak peduli. Keberanian adalah kemampuan menghadapi ketakutan dan ketidaknyamanan. Lebih baik daripada menolak atau menghindarinya. Para ahli psikologi mengatakan bahwa keberanian itu ibarat otot yang harus dilatih supaya kuat. Caranya adalah membuat afirmasi positif supaya kita bisa membingkai ulang pemikiran negatif ke jalur yang tepat.
5. Menjadi model dalam mengatasi emosi. Monkey see monkey do. Anak-anak melihat dan meniru kita karena kita adalah model. Bagaimana kita mengatasi masalah dan memilih untuk memaafkan dan mengatasi kekecewaan, akan ditiru anak-anak. Kita membangun kecerdasan sosial dan emosional kita, yaitu mengidentifikasi, mengelola dan mengekspresikan emosi kita dengan cara yang produktif dan sehat. Penting untuk selalu sadar bahwa anak-anak belajar dari setiap situasi dan terus bangkit untuk menampilkan versi kita yang lebih baik.
Dibutuhkan keberanian ketika kita mulai paham akan kekuatan memaafkan. Kita khawatir dengan memaafkan berarti kita memberikan hadiah kepada orang yang tidak semestinya, memaafkan perilaku buruk orang lain dan melepaskan posisi kita yang benar. Sebetulnya memaafkan adalah cara kita merebut kembali kekuatan kita.
Baca juga:
Agar Anak Belajar Memaafkan Orang Lain
Balita Belajar Memaafkan
Pada momen Hari Raya Idulfitri, para orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar akan saling memaafkan. Lalu bagaimana dengan anak yang masih kecil?... read more
Salah satu subtema dari HAN tahun 2024 ini adalah “Dare to Lead and Speak Up: Anak Pelopor dan Pelapor”. Simak dulu pembahasannya.... read more
Berdasarkan fakta dari KPPA RI tahun 2023 terdapat 10.932 kasus kekerasan seksual pada anak, 33.2% persen korban merupakan anak laki-laki berusia 6 hingga 12 tahun... read more
Self harm, sebuah perilaku menyakiti diri sendiri, termasuk penyakit kejiwaan dan membutuhkan pertolongan ahli kejiwaan.... read more