Ketika ‘gelar’ ayah tersemat untuk pertama kalinya pada diri Anda, maka bersiaplah menyambut berbagai perubahan yang tak mungkin dihindari. Karena sebagai ayah baru, otomatis Anda juga memasuki dunia baru yang penuh petualangan dan sangat berbeda. Perubahan-perubahan yang hanya terjadi karena hadirnya anak.
Seks adalah 'perjuangan'
Dulu, Anda dan pasangan mungkin gemar mengeksplorasi setiap ruangan di dalam rumah sebagai lokasi bercinta, mengawalinya dengan
foreplay panjang karena tak ada ‘gangguan’ dan isteri selalu mengenakan koleksi
lingerie yang berbeda di setiap momen bercinta.
Kini, hadirnya bayi menuntut Anda melakukan ‘penyesuaian’ saat keinginan untuk menyentuh isteri, meremas bokongnya atau membisikkan kalimat-kalimat panas padanya timbul. Mengapa bisa demikian? Hal yang paling sering terjadi adalah rasa lelah yang luar biasa karena Anda berdua harus memberikan energi untuk menjaga anak nyaris 24 jam sehari.
Di saat Anda begitu bergairah, si bunda terkapar di sisi anak. Belum lagi jika ia memiliki jadwal tidur yang tidak tentu. Ia bisa terbangun di tengah malam, atau sebaliknya matanya terbuka sepanjang malam. Boro-boro mau
foreplay, mencari waktu bercinta saja perlu usaha dan doa. Anda juga harus siap jika setelah 40 hari berlalu, pasangan masih enggan untuk bercinta.
Bisa karena ia belum pede dengan bentuk tubuh atau trauma dengan proses melahirkan yang tak terlalu indah. Di awal-awal sebagai orangtua baru, hubungan seks Anda akan didominasi dengan
Quickie Sex alias seks secepat kilat.
Home sweet home
Sebelum punya anak, rasanya Anda bisa bebas ke mana saja, pun dalam jangka waktu yang lama. Tak pernah ada hal yang membebani ketika ingin bermalam panjang bersama teman-teman,
touring bersepeda satu hingga dua minggu, atau tugas ke luar kota. Ringan saja. Apalagi isteri tak pernah mengekang–asal Anda bertanggung-jawab.
Tapi kini, satu hari tidak bertemu dengan anak, Anda mulai gelisah. Kangen. Diminta tugas ke luar kota, kaki rasanya berat melangkah. Selalu ingin berada di rumah, merekam setiap tumbuh kembangnya, sibuk memanfaatkan teknologi seperti telepon,
skype,
facetime setiap kali berada di luar rumah hingga membawa baju bekas anak untuk mengobati rasa kangen adalah perubahan yang seringkali dialami oleh para ayah baru.
Home is wherever I am with my children.
Tuan serba bisa
Dulu, Anda adalah suami dan tulang punggung keluarga. Keahlian Anda mungkin hanya berkaitan dengan pekerjaan Anda di kantor. Kini, saat anak Anda hadir, tanpa sadar Anda menjadi sosok ayah yang serba bisa dengan berbagai ‘keahlian’ baru. Andalah si pelawak ulung yang selalu hadir dengan ekspresi wajah lucu dan tingkah laku konyol untuk menenangkannya yang sedang menangis.
Anda juga mendadak menjadi perawat yang super telaten ketika tanpa kenal lelah menjaga anak Anda yang terserang demam. Saat isteri sedang beristirahat, siapa yang menjaga anak, mengganti popok, memandikannya serta menimangnya hingga lelap tertidur kalau bukan Anda sang pengasuh jempolan. Berterimakasihlah padanya, karena kehadirannya membuat Anda memiliki keahlian yang beragam.
Sehat itu harus
Kalau dulu kurang peduli dengan gaya hidup yang Anda jalani karena merasa itu adalah urusan Anda pribadi, sekarang, dengan adanya bayi mungil sebagai darah daging Anda, sedikit banyak persepsi Anda tentang kesehatan pun berubah. Mulai mengurangi rokok atau konsumsi minuman beralkohol. Mengatur pola makan dan jam tidur serta memastikan olahraga rutin, selalu mengecek makanan yang masuk ke mulut bayi Anda (jika ia sudah mengonsumsi MPASI) akan ada di dalam rencana besar Anda.
Semua Anda lakukan karena, pertama, Anda ingin hidup sehat dan memiliki umur sepanjang mungkin untuk memastikan bahwa Anda akan selalu ada untuk memberikan yang terbaik dan melindunginya hingga kelak ia dewasa. Alasan kedua, karena Anda ingin ia besar dan bertumbuh di lingkungan yang sehat.
Money Talks
Mari lihat kembali rencana keuangan ketika Anda belum memiliki anak. Di luar cicilan rumah dan transportasi, mungkin penghasilan bulanan Anda akan ‘lari’ ke biaya perawatan mobil, beli gadget terbaru, hingga liburan berdua dengan pasangan. Memasuki dunia sebagai ayah baru, Anda pun lebih fokus menyiapkan kebutuhan anak Anda: Masa kini dan di masa depan.
Tak jarang Anda mulai menghitung tabungan yang dimiliki, aset-aset yang Anda punya untuk memastikan bahwa keluarga kecil Anda menjalani hidup yang layak dan memiliki pegangan untuk masa depan kelak. Setiap sen yang masuk dan keluar benar-benar akan Anda kalkulasi, dan 90% di antaranya untuk kebutuhan si kecil. Asuransi, tabungan, biaya kesehatan, beli mainan, baju, sepatu dan masih banyak lagi. Kebutuhan anak menjadi nomor satu, kebutuhan Anda dan pasangan nomor sekian.
Tentang Teman
Lahirnya anak Anda mengurangi ‘me time’ Anda bersama teman-teman –tentu saja. Kesempatan Anda untuk sekadar ngobrol santai di
cafe selepas kerja atau bermain bilyard di jumat malam semakin berkurang, karena bagaimanapun ada si kecil di rumah yang butuh kehadiran Anda dan ada isteri yang membutuhkan kerjasama Anda dalam mengasuh anak.
Kalau dulu, kapan saja teman baik Anda menghubungi untuk jalan bareng Anda langsung bisa mengiyakan, sekarang, minimal Anda harus lihat kondisi anak. Apakah ada yang menjaganya di rumah atau apakah anak sedang tidak enak badan.
Pilihan teman Anda pun akan bervariasi tak lagi didominasi oleh ayah-ayah maskulin, Jangan heran jika Anda juga ternyata bisa mengobrol asyik dengan seorang ibu yang Anda temui di rumah sakit yang anaknya juga sedang mengantri di dokter yang sama. Sesama orangtua adalah teman baru Anda.
Siang dan malam tak jauh berbeda
Anda tahu bahwa malam adalah waktunya untuk tidur dan beristirahat. Pagi hingga siang itu saat untuk beraktivitas. Namun, dengan adanya bayi mungil yang belum memiliki pola tidur yang jelas, maka konsep waktu dalam hidup Anda pun akan berubah. Siapkan tenaga jika Anda harus mengajak anak ‘bermain’ sepanjang malam karena ia memutuskan untuk bangun.
Terbaliknya pola tidur semacam ini kerap membuat orangtua terkuras baik tenaga maupun emosi. Maka, jika sepanjang siang anak memilih untuk tidur, tak ada salahnya untuk membujuk diri Anda ikut beristirahat sejenak memulihkan tenaga di siang hari, atau kapan pun anak tertidur.
Destinasi liburan berubah
Mungkin Anda pernah membaca tulisan “The world is a book and those who don’t travel read only one page,’ dari Augustine of Hippo. Tak heran jika Anda semangat untuk berlibur ke tempat-tempat yang jauh dan seru serta melakukan kegiatan memicu adrenalin. Tapi sebagai seorang ayah, Anda mulai paham bahwa kini ada satu anggota baru yang ikut serta dalam liburan Anda bersama pasangan. Dan kehadirannya sangat menentukan destinasi liburan Anda.
Destinasi liburan pun berubah. Mencari daerah yang memiliki tempat wisata untuk anak-anak dan memilih hotel dan restoran yang ramah anak harus ada di
list to do yang harus Anda cek sebelum berlibur. Di akhir pekan pun, Anda akan memilih mal yang ramah anak atau berwisata alam. Liburan kini menjadi sarana edukasi juga untuknya.
Pilih-pilih kendaraan
Hadirnya anak juga akan mengubah sudut pandang Anda terhadap pilihan jenis transportasi. Jika selama ini Anda sudah puas mengendarai motor untuk ‘membelah’ jalanan yang super macet, maka kehadiran anggota keluarga ketiga membuat Anda berpikir ulang. Bukan masalah finansial yang dibicarakan di sini, namun urusan keselamatan. Jika memang dana belum mencukupi untuk membeli si roda empat, saat mengajak anak bepergian, Anda pun akan beralih ke transportasi umum yang lebih aman, seperti transjakarta atau taksi. Tak masalah keluar duit sedikit lebih banyak, namun Anda yakin bahwa ia terlindungi.
Hal lain yang akan berubah adalah pilihan jenis mobil ketika Anda sudah mampu untuk memilikinya. Mengingat bahwa ‘alat perang’ bayi Anda cukup banyak dalam satu kali masa bepergian, maka pilihan mobil berkapasitas 6 orang menjadi favorit untuk keluarga muda.
Jatuh Cinta Lagi
Anda jatuh cinta lagi. Bukan, bukan pada wanita bertubuh seksi, sekretaris baru si bos di kantor. Melainkan pada isteri Anda, ibu dari anak Anda. Bagaimana mungkin? Melihat ‘pengorbanan’ isteri sejak masa kehamilan –rela mengalami
morning sick, rela bentuk tubuh berubah, rela mengalami ketidaknyaman selama 9 bulan 10 hari-, mampu menjalani proses persalinan, tanpa mengeluh mengasuh anak dan menjalani peran sebagai isteri sekaligus ibu dan memberikan hadiah terindah bagi Anda, yaitu buah hati Anda berdua, akan menjadi alasan sempurna mengapa Anda kembali jatuh cinta padanya.
Dan, Anda pun akan jatuh cinta pada anak Anda. Sosok mungil yang membuat Anda pada akhirnya disebut ayah, sosok mungil di mana segala doa dan harapan Anda bertumpu dan sosok mungil yang menjadikan hidup Anda menjadi sempurna.