Foto: Pixabay
Bulan Juli ini, Cleft and Craniofacial Center (CCC) RSUPN Cipto Mangunkusumo-FKUI memperingati bulan kepedulian dan kewaspadaan bibir dan lelangit sumbing dengan program bertajuk "Berbagi Senyum untuk Generasi Penerus Bangsa". Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan serangkaian acara, salah satunya adalah aktivitas dan penyuluhan untuk menyebarkan awareness di lokasi car free day di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Ada pula peluncuran buklet dan leaflet sebagai panduan untuk orang tua anak dengan kondisi bibir dan lelangit sumbing dalam merawat, memahami tahapan pemberian makanan, kapan harus kontrol ke dokter, dan cara merawat kebersihan mulut dan gigi.
Foto: GRC
"Kami juga mengadakan simposium sehari untuk dokter umum, yang sifatnya komprehensif dan dilakukan oleh semua tim, serta peluncuran program pengampuan CCC di beberapa daerah," jelas dr. Luh K. Wahyuni, Sp.KFR(K), Kepala Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, saat konferensi pers, Jumat, 12 Juli 2019.
Setiap tahun, di Indonesia terdapat 4,2-4,8 juta bayi lahir, yang menurut catatan World Health Organization, 1 dari 500-700 bayi terlahir dengan kondisi bibir dan lelangit sumbing. Kelainan kraniofasial ini terjadi akibat kegagalan pembentukan bibir dan lelangit pada minggu ke-4 hingga ke-6 masa kehamilan. Akibatnya, terdapat celah bibir dan lelangit pada bayi. Jika dilakukan intervensi dan tindakan operasi sejak dini, diharapkan koreksi pada bibir dan lelangit serta kondisi lain yang menyertainya bisa lebih maksimal.
GRACIA DANARTI
Baca juga:
Menyusui Bayi Celah Bibir
Senyum Penderita Bibir Sumbing