5. Anak Kucing yang Manja (6-8 tahun) (Diceritakan oleh: Murti Bunanta)
Suatu hari, seekor anak kucing pergi meninggalkan rumah dan mamanya di hutan karena ia ingin mencari kesenangan. Ia pun datang kepada matahari, bukit, kerbau, dan berbagai penghuni alam lain. Namun, mereka semua berkata kepada anak kucing bahwa hidup mereka pun tak sempurna karena selalu ada penghuni alam yang lebih unggul yang mengusik ketenangan mereka. Malah, penghuni alam terakhir yang dihampiri si anak kucing mengungkap bahwa yang lebih unggul dari dirinya adalah mama kucing. Pada akhirnya, si anak kucing belajar bersyukur karena ia memiliki mama yang penyayang. Cerita rakyat dari Deli Serdang ini akan memukau anak tak hanya lewat ilustrasi yang indah karya pelukis Hardiyono, tetapi juga tokoh si anak kucing yang terasa dekat dengan diri mereka.
6. Rumah Kita Semua (6-8 tahun) (Penulis: Dewi Liez)
Buku terbitan Mizan ini mengajak kita berkenalan dengan kehidupan anak-anak yang tinggal di panti asuhan di berbagai negara. Meski begitu, cerita-cerita pendek yang dihadirkan di dalamnya tidak bertujuan membuat kita terharu atau sedih. Sebaliknya, ada cerita yang lucu, seru, bahkan inspiratif. Disertai ilustrasi menarik, kisah-kisah dalam buku ini mengajarkan sikap hidup yang positif, dan anak bisa belajar bersyukur dengan meneladani para tokoh cerita. Misalnya, Govind yang harus kehilangan keluarga karena bencana longsor, namun tetap bersyukur masih bisa tinggal di panti asuhan yang kondisinya lebih baik ketimbang tempat pengungsian.
7. Bagai Bumi Berhenti Berputar (7-12 tahun) (Penulis: Clara Ng)
Menanamkan rasa bersyukur bisa dilakukan beriringan dengan menumbuhkan empati, dan itulah pesan utama dari kumpulan cerita karya Clara Ng dan diilustrasi oleh Emte (Muhammad Taufik) ini (diterbitkan oleh Gramedia Pustaka). Tema cerita yang diangkat adalah hal-hal yang biasanya dihindari dalam buku anak, seperti perceraian, kematian, dan kesenjangan sosial. Setiap cerita memiliki tokoh anak yang harus mengalami berbagai situasi sulit tersebut, dan mereka berupaya mengatasi rasa kalut mereka dengan dukungan dan kasih sayang orang tua. Baca buku yang manis ini bersama dengan anak, dan jangan lewatkan kesempatan membuka obrolan ringan dengan anak seputar tema cerita – sekaligus membuka jalan untuk mengajarkan kepadanya arti bersyukur.
8. The Miraculous Journey of Edward Tulane (9-12 tahun) (Penulis: Kate DiCamillo)
Dalam dunia literatur anak, Kate DiCamillo adalah nama besar. Karya-karyanya menjadi langganan penghargaan sastra anak dan selalu masuk daftar bestseller. Karya yang satu ini sangat istimewa – apalagi ditambah ilustrasi indah seniman Bagram Ibatoulline. Kisah Edward Tulane dijamin tak hanya akan menyihir dan menyentuh anak, tetapi juga Anda yang sudah dewasa. Edward adalah boneka porselen berbentuk kelinci yang mahal dan bagus, namun hatinya tertutup untuk cinta sang pemilik, bocah perempuan bernama Abilene yang merawatnya dengan sepenuh hati. Suatu hari, Edward terlepas dari tangan Abilene dan jatuh ke laut. Cerita pun bergulir mengikuti perjalanan Edward yang terus berpindah tangan, dari nelayan, gelandangan, sampai anak jalanan. Pada akhirnya, setelah perjalanan panjang dan sempat hancur berantakan, sang boneka porselen dipertemukan kembali dengan Abilene yang telah dewasa. Buku ini adalah bukti bahwa cerita anak tidak identik dengan sesuatu yang simple. Sebaliknya, pesan dalam buku anak sering kali mendalam dan fundamental, termasuk pesan tentang pentingnya bersyukur yang disajikan secara implisit, namun menohok, dalam kisah Edward Tulane.