Perdarahan merupakan gangguan kehamilan yang pasti membuat ibu cemas. Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada janin. Perdarahan memang belum tentu gejala keguguran, tapi perlu diperhatikan juga!
Perdarahan memang bisa terjadi kapan pun sepanjang kehamilan. Pada kehamilan trimester pertama ada empat jenis perdarahan yang bisa terjadi:
- Abortus iminiens. Ini adalah perdarahan pada rahim yang akan menyebabkan keluarnya sedikit darah, namun embrio utuh dan aman.
- Abortus insipiens. Ini adalah perdarahan yang lebih banyak diikuti rasa mulas, embrio masih utuh tapi sudah terjadi pembukaan rahim.
- Abortus inkomplet. Ini adalah perdarahan yang sangat banyak dan dapat menimbulkan syok. Sudah terjadi pengeluaran embrio meski masih ada sisa yang tertinggal di rahim.
- Hamil ektopik. Disebut juga hamil di luar kandungan, 95% kasusnya berupa calon janin menempel di saluran telur (tuba falopi). Jika terjadi, tindakan yang harus dilakukan adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan mengangkat saluran telur yang robek.
Pada kehamilan trimester 2 dan 3, perdarahan bisa terjadi akibat:
- Plasenta di bawah (plasenta previa), di mana kondisi posisi plasenta menutupi jalan lahir. Gejalanya, perdarahan tanpa disertai nyeri.
- Plasenta lepas (solutio plasenta), di mana pelekatan plasenta robek sebagian atau lepas. Gejalanya, perdarahan berupa bercak darah warna merah gelap.
Hingga kini belum ditemukan pencegahan yang efektif. Namun jika ibu hamil mengalami perdarahan, segera atasi dengan:
- Berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari bahu.
- Beristirahat sampai perdarahan berkurang.
- Hentikan aktivitas fisik yang cukup berat, seperti mengangkat beban.
- Hubungi dokter bila darah keluar cukup banyak, untuk segera mendapat penanganan tepat.