Sepulang preschool anak selalu membawa cerita baru. Bagaimana jika ceritanya tentang pertengkarannya dengan teman di sekolah? Dan sayangnya dia tidak mau minta maaf ketika dia berbuat salah. Ajarkan pada anak tentang tujuan minta maaf agar ia berani dan tidak malu mengakui kesalahannya.
1. Beri contoh langsung
Sebelum Anda menegur anak, ingat kembali apakah Anda membiasakan budaya minta maaf dan bertanggung jawab di keluarga? Belum terlambat bila kebiasaan baik yang belum pernah ada mulai dibiasakan di rumah. Jangan ragu meminta maaf secara tulus bila Anda kebetulan punya salah dengan anak—misalnya saat tak sengaja menginjak kakinya—sehingga anak ikut menerapkan cara ini.
2. Alasan yang jelas
Meminta maaf tentu tidak hanya di mulut. Tapi mesti disampaikan dengan tulus dan niat tidak mengulanginya lagi. Berikan alasan sederhana dan lugas saat Anda meminta maaf, apalagi si tiga tahun sudah mulai mengenal hubungan sebab-akibat. “Bunda minta maaf, ya, tadi marah dengan kamu, karena mainan kamu masih berantakan, padahal kamu sudah janji akan membereskan saat mau tidur siang.” Setelah minta maaf dan beri alasan Anda, ada baiknya juga mendengar alasan dari anak.
3. Dampak minta maaf
Beritahu sikap anak yang salah. Jelaskan dengan bahasa yang simpel mengapa sikap tersebut salah, dan bagaimana sikap yang seharusnya. Jika anak tak diberi pemahaman bahwa sikapnya salah, ia tak akan merasa bersalah sehingga menganggap minta maaf itu tidak perlu. Misalnya dengan mengatakan, “Coba lihat betapa sedih temanmu hingga menangis keras. Kamu juga pasti sedih kalau direbut mainannya, kan. Bilang maaf, yuk, agar ia senang lagi dan sebagai gantinya pinjamkan mainanmu, ya.”
4. Jadi perantara
Bila meminta dan memberikan maaf sudah menjadi kebiasaan di rumah, mungkin tidak terlalu sulit untuk diterapkan anak di mana pun ia berada. Tapi jika ini adalah pertama kalinya ia minta maaf, temani anak dan jadilah perantara antara ia dan temannya. Anda bisa datang ke sekolah dan mempertemukan anak dengan temannya. Lalu, bantu anak menyampaikan ucapan maafnya.
5. Bahasa tubuh pendukung
Selain kata-kata atau verbal, penyesalan dan ‘pernyataan damai’ semakin tulus bila dinyatakan pula secara nonverbal, seperti bersalaman, merangkul, memeluk, dan mengelus. Lewat cara ini pula, anak dapat mengenal kesalahan sambil melepaskan perasaan bersalahnya, berempati, dan mengasah kepekaannya.
6. Berikan reward
Upaya meminta maaf tidaklah mudah. Oleh sebab itu, ketika anak berhasil melalui proses ini, katakanlah secara terbuka bahwa Anda sangat bangga padanya. Penting diketahui anak, bahwa pujian bisa menjadi motivasinya untuk tidak ragu meminta maaf tiap kali ia melakukan kesalahan.